
“Guoblok…masih tutup mulut juga lu! Hah!” bentaknya.
Sebelum si rambut cepak itu sempat melayangkan tamparan berikutnya, seorang pria lain berpenampilan parlente, memakai kemeja biru muda yang lengannya digulung hingga siku, memegang tangannya. Ia lalu mendekati si pria yang terikat itu dengan memasang wajah mengejek.
“Nah…bagaimana? Apa ga sebaiknya lu ngomong aja dimana sebenarnya rekaman itu dan siapa lagi yang tau selain lu?” tanyanya sambil menjenggut rambut pemuda itu.
Wajah pria yang terikat di kursi itu sudah babak belur sana-sini, bibirnya pecah-pecah akibat siksaan yang dideritanya sejak tadi, belum lagi bengkak pada mata kirinya. Pakaiannya pun sudah penuh noda darah, debu, dan bekas cetakan sol sepatu yang didapatnya dari tendangan para penyiksanya. Robby (28 tahun), sudah tahu inilah risiko yang akan diterimanya karena tugasnya sebagai wartawan. Dari penyelidikannya pada sebuah perusahaan bermasalah ia mendapati indikasi perdagangan narkoba yang melibatkan Munarman, salah satu kepala staff perusahaan tersebut, yang tidak lain adalah pria yang kini menjenggut rambutnya itu. Keesokan harinya ia berencana menyerahkan file hasil rekaman hidden camera berisi kegiatan transaksi mereka di sebuah gudang di pelabuhan kepada yang berwajib. Namun tadi sore ketika baru saja masuk ke mobil tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dari belakang, ia sempat meronta dan melakukan perlawanan namun tak sanggup melawan pengaruh obat bius yang dibekapkan padanya sehingga kehilangan kesadaran.
Kesalahan fatal yang telah dilakukan Robby yang membuatnya sampai tertangkap seperti sekarang ini adalah ketika melakukan rekaman secara diam-diam itu, ia secara tidak sengaja menyenggol sebuah benda hingga jatuh. Suara itu tentu saja memancing perhatian mereka yang sedang bertransaksi ilegal itu. Adegan kejar-kejaran pun tak terhindarkan, meskipun berhasil mencapai mobil dan melarikan diri sejauh mungkin namun flashdisk-nya yang tersimpan di tas kameranya yang setengah terbuka jatuh. Benda itu dipungut oleh salah satu anak buah Munarman, dari situlah ia mengetahui siapa orang yang tadi telah mengintipnya karena di antara data-data di dalamnya terdapat beberapa foto Robby bersama kekasihnya, Liany, ketika berlibur. Robby sendiri bukannya tidak tahu dirinya telah kehilangan benda yang dapat membuat orang-orang itu melacaknya. Ia hanya kalah cepat dengan mereka, sehari sebelumnya ia memang telah menyuruh Liany buru-buru kabur ke rumah sepupunya di Solo untuk bersembunyi sementara disana. Namun sebelum ia sendiri meminta perlindungan dari polisi dan menyerahkan file rekaman itu, anak buah Munarman telah menyergapnya terlebih dulu dan membawanya ke tempat ini.
“Oke…hsshh…hhsshh…ada di…” Robby mulai bersuara sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan menahan sakit karena dihajar sejak tadi.
“Dimana? Ayo katakan?” Munarman mendekatkan wajahnya pada Robby agar bisa mendengar lebih jelas.
“Cuiihh!” Robby meludahkan darah tepat mengenai wajah Munarman.
“Bah…sialan! Masih belagu juga lo anjing!” maki Munarman sambil menendang dada Robby hingga ia tersungkur bersama kursinya, “Syad hajar dia sampe mampus!”
Irsyad, si muka sangar berambut cepak itu segera maju dan turut menyiksa Robby seperti yang diperintahkan bossnya.
Keduanya masih menghujani Robby dengan tendangan dan pukulan ketika tiba-tiba dari arah luar terdengar bunyi gaduh. Irsyad dan Munarman saling berpandangan, lalu berlari kecil ke pintu samping ke arah datangnya suara tersebut. Sesaat kemudian terdengar sebuah jeritan perempuan disertai bentakan pria. Seorang pria lain yang rambutnya dikuncir ke belakang dan berwajah kasar menyeret tubuh seorang gadis yang meronta-ronta berusaha untuk lepas.
“Lepas…lepasin saya!” jerit gadis itu.
Pria berambut kucir itu segera membekap mulut gadis itu dan meminting tangannya ke belakang agar tidak berteriak lagi.
“Siapa nih!?” tanya Munarman pada pria itu.
“Dia ada di halaman samping Bos, waktu saya panggil dia lari…dia pasti udah liat semuanya” jawab pria itu.
“Ngapain lu disini hah!?” bentak Munarman.
“Mmhh…saya…saya cuma lewat mau pulang ke vila, tapi hujan tambah besar jadi saya kepaksa berteduh dulu…tolong lepasin saya, bener saya ga liat apa-apa!” jawab gadis itu ketakutan, matanya yang indah mulai berkaca-kaca.
“Bohong Bos, dia pasti udah denger dan liat semuanya!” potong si rambut kuncir, “untung tadi saya sigap”
“Gimana nih Bos sekarang?” tanya Irsyad menunggu perintah.
Munarman mengelus-elus dagunya yang berjenggot kambing itu sambil memandangi gadis itu. Usianya masih muda sekitar awal 20an, dari penampilannya sepertinya ia seorang mahasiswi. Parasnya sungguh cantik dengan rambut hitam yang lurus dan panjang, tubuhnya yang langsing dibungkus oleh kaos hitam tanpa lengan dilapisi cardigan pink untuk melindungi dari udara malam serta bawahan berupa celana pendek longgar yang menggantung sejengkal di atas lutut sehingga memperlihatkan pahanya yang jenjang dan mulus. Pakaian dan rambutnya agak basah terkena hujan, nampaknya ia memang bermaksud berteduh.
“Siapa namalu manis?” tanya Munarman mendekati dan mengelus pipi gadis itu.
“Kalau ditanya jawab hah! Siapa namalu!?” bentaknya melihat gadis itu terdiam ketakutan.
“Saya…Rina, tolong lepaskan saya, saya gak akan bilang siapa-siapa” ibanya tanpa bisa menahan air matanya yang menetes membasahi pipi.
“Rina heh, nama yang indah, seindah rupanya hahaha!” Munarman mengangkat dagu gadis itu, menatapi wajah cantik itu sambil tertawa disambut tawa kedua anak buahnya.
Rabaan Munarman dari pipinya merambat turun ke leher, bahu, hingga akhirnya payudara kiri Rina.
“Jangan…jang…eemmhphp!” jeritan Rina langsung terhambat karena si pria berkucir kembali membekap mulutnya.
“Buka mulutnya Di, biar aja dia teriak…ayo teriak, ga akan ada yang denger suara lu, daerah ini sepi dan lagi hujan!” kata Munarman sambil tangannya mulai meremasi payudara gadis itu.
“Ayo kita nikmatin dulu cewek cantik ini, sayang kan yang bening gini lepas gitu aja…Syad sumpal dulu mulut anjing itu kita urus dia nanti abis ini!” perintahnya pada Irsyad.
“Siap Bos…kita juga kebagian kan, capek nih dari tadi mukulin melulu hehehe!” Irsyad nampak antusias dan tersenyum mesum, demikian pula Muchdi, temannya yang rambutnya dikucir itu.
“Iya, yang penting pastiin dulu ikatan si goblok itu kencang…sampai dia lolos gua kebiri juga lu!”
“Hehe…emang Bos dingin-dingin gini paling enak ya ngentot!” sahut Muchdi yang tangannya mulai ikut menggerayangi tubuh Rina.
“Hentikan! Jangan lakukan itu!” jerit Rina sambil meronta berusaha melepaskan diri, namun tenaganya bukanlah tandingan kedua pria itu yang telah menghimpit tubuhnya.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menghindari Munarman yang hendak melumat bibirnya, sementara tangan-tangan kasar mereka sudah bergerilya di tubuhnya. Dalam satu kesempatan ketika kuncian Muchdi mengendur karena sibuk menggerayangi tubuhnya, Rina berhasil menendang perut Munarman dengan lututnya sehingga pria itu terhuyung ke belakang sambil mengaduh memegangi perutnya. Gadis itu buru-buru lari ke arah pintu, namun baru saja beberapa langkah sebuah tangan menariknya ke belakang. Irsyad yang baru saja mengencangkan ikatan Robby dan mengikat mulutnya, rupanya bertindak cukup sigap. Ia berhasil menggapai cardigan gadis itu, menariknya hingga lepas dari tubuhnya. Sesaat kemudian gadis itu sudah berada dalam dekapannya.
“Bajingan! Lepaskan saya!” jerit Rina memakinya.
“Huehehe…mau kemana Non…emmhh…uuh!” Irsyad memperkuat dekapannya sambil berusaha menciumi leher dan tenguk gadis itu.
“Plak! Aawww!” rintih Rina ketika telapak tangan Munarman yang marah mendarat di pipinya.
“Diam perek!” bentaknya.
Air mata gadis itu makin mengucur membasahi pipinya ketika tangan Munarman membetot keras kaosnya hingga robek. Mata ketiga pria bejat itu melotot melihat buah dada gadis itu yang masih terlindung di balik bra kremnya. Tubuh Rina bergetar saat Irsyad menyusupkan tangannya ke balik branya dan mulai meremas payudaranya dengan kasar, jarinya sesekali menjepit dan memelintir putingnya.
“Wuih…ini bener-bener mantep Bos, montok bener!” celoteh Irsad.
Rina semakin menangis mengiba dan menjerit ketika Munarman menarik lepas branya.
“Jangan nangis sayang, kita kan mau bersenang-senang hahaha!” kata Munarman sambil meremas payudaranya, “yang gini nih yang gua suka, bener-bener seger!”
“Ayo Non, abang bisa kok bikin Non kejang-kejang keenakan huehehehe!” Muchdi mendekatinya dan mulai menggerayangi tubuhnya yang sudah topless.
Desahan gadis itu di sela-sela tangisannya membuat ketiga pria bejat yang mengerubunginya semakin bernafsu. Tangan Muchdi kini merambat turun ke bawah, menyusup masuk ke pinggang celana pendek yang dikenakan gadis itu. Rina merasakan tangan kasar pria itu menyentuh permukaan vaginanya, jari-jarinya mengelusi bibir vaginanya. Tubuhnya menggelinjang ketika jari-jari itu menyusup ke vaginanya dan mulai bergerak keluar masuk menggeseki dinding vaginanya. Pada saat yang sama, Munarman menundukkan badannya dan melumat payudara Rina dengan gemas.
“Mmhhh…lepaskan…aaahhh-aahh….jangan!” ia mulai mendesah tak tertahankan.
Irsyad menyibakkan rambut panjang gadis itu ke kanan agar bisa menjilati dan mencupang leher sebelah kirinya. Lidah Irsyad yang kasar dan basah itu menyapu telak kulit lehernya membuat bulu kuduk gadis itu merinding. Mereka lalu menyeret tubuh Rina dan membaringkannya di atas sebuah meja kayu di ruangan itu. Munarman yang mengambil posisi di antara paha gadis itu menarik lepas celana pendek berikut dalamannya. Kini vagina Rina yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat terekpos sudah membuat mata ketiga pria bejat itu nanar menatapinya.
“Wah…gua suka yang kaya gini, jembut lebat, bibirnya rapet!” sahut Munarman sambil meraba kemaluan gadis itu yang sudah agak basah karena dipermainkan Muchdi tadi.
Ia lalu menusukkan jari tengahnya ke liang vagina Rina sehingga tubuh gadis itu mengejang dan jeritan kecil keluar dari mulutnya. Dengan gemas Munarman memutar-mutar jarinya mengobok-obok vagina gadis itu. Tanpa bisa tertahankan Rina menggelinjang, ia memohon agar mereka tidak meneruskan perbuatannya sambil diiringi desahan-desahan yang justru membuat mereka semakin nafsu.
Sementara Muchdi dan Irsyad juga tidak tinggal diam, mereka ikut menggerayangi tubuh mulus Rina yang sudah terbaring tak berdaya. Irsyad mencaplok payudara kiri gadis itu dan mengemut-emutnya, dihisap dan digigitinya puting susu itu hingga pemiliknya semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan. Rina menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Muchdi hendak menciumnya, tapi reaksinya malah membuat pria itu tertawa-tawa lalu menjenggut rambut panjangnya, lidahnya langsung menyapu pipinya yang halus lalu menempel pada bibir tipis gadis itu. ‘eeemmhhh….eemmm!’ Rina mengatupkan mulutnya menolak diciumi Muchdi, namun rangsangan pada sekujur tubuhnya membuatnya tak tahan untuk tidak mendesah, Muchdi sendiri saat itu juga aktif menggerayangi lekuk-lekuk tubuh gadis itu. Mulut Rina yang tertutup pun kian mengendur hingga akhirnya Muchdi berhasil memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu dan mencumbuinya dengan liar. Lidah Muchdi mengais-ngais mulut Rina dan menyapu rongga mulutnya, ludah mereka saling bertukar dan tanpa sadar Rina pun mulai ikut memainkan lidahnya beradu dengan lidah pria itu karena libidonya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan. ‘Eeenngghhh!’ lenguh gadis itu di tengah percumbuannya karena merasakan ada benda hangat basah menyentuh bibir vaginanya. Ia menggerakkan bola matanya melirik ke bawah sana dimana Munarman tengah membenamkan wajahnya agar dapat melumat vaginanya. Sensasi geli segera timbul dari bawah sana menjalar ke syaraf-syaraf kenikmatan di tubuhnya dan membuat birahinya semakin naik tanpa dapat ia kendalikan. Lidah Munarman menyapu telak bibir vaginanya lalu menyusup masuk menggelitik dinding bagian dalamnya.
“Uuuummhh…gurih, bener-bener hoki kita hari ini bisa nikmatin yang sedap gini hahaha!” celoteh Munarman di tengah lumatannya terhadap kewanitaan Rina.
Dengan dua jari ia membuka bibir vagina gadis itu semakin lebar sehingga menampakkan warna merah merekah. Sementara Irsyad terus menjilati kedua payudaranya secara bergantian, sebentar saja kedua gunung kembar itu sudah basah oleh ludahnya, bekas gigitan memerah juga tampak pada beberapa bagian.
Setelah hampir lima menit bercumbu, Muchdi melepaskan mulutnya dari Rina. Gadis itu bernafas terengah-engah sambil terisak dan mendesah. Belum terlalu lama ia mengambil udara segar Muchdi sudah menarik rambutnya sehingga kepalanya kini terjuntai ke bawah di tepi meja dan pandangannya terbalik.
“Aaah…jangg….eeemmphhh…mmmm!” kata-katanya terputus karena Muchdi menjejalkan penisnya ke mulut gadis itu.
Pria itu memaju-mundurkan penisnya pada mulut Rina seperti menyetubuhinya, kedua kantung pelirnya menampar-nampar hidung gadis itu, aroma tak sedap segera menyergap hidungnya. Namun Rina tidak punya pilihan lain selain beradaptasi mengisap penis di mulutnya. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang di atas meja kayu itu tanpa dapat ditahannya. Tangan-tangan kasar dan lidah-lidah para pria bejat itu terus merangsang tubuhnya. Di bawah sana, lidah Munarman menjelajah semakin dalam ke dalam vagina Rina dan menemukan klitorisnya. Daging kecil yang sensitif itu digigitnya pelan dan dihisap-hisap, kontan Rinapun semakin menggelinjang dan mendesah tak karuan dibuatnya.
“Eemmhhh….eemmmm!” dari mulutnya yang dijejali penis Muchdi terdengar desahan tertahan.
Sebentar saja Rina merasakan vaginanya makin berdenyut-denyut hendak mengeluarkan cairan klimaksnya. Akhirnya…ssrrrr…cairan bening dan hangat itu meleleh dengan derasnya dibarengi dengan mengejangnya tubuh gadis itu. Dengan rakus, Munarman menyeruput cairan itu seperti orang kehausan.
“Ssshhrrppp…ssllluurrpp…ini baru sip, hhmmm udah ga sabar gua jejelin penis gua kesini!” kata Munarman setelah puas menyeruput cairan kewanitaan Rina.
Setelah itu ia buru-buru membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras lalu mengarahkan kepalanya ke belahan bibir vagina gadis itu yang sudah becek siap melakukan penetrasi. Saat itu Rina yang masih mengulum penis Muchdi membelakkan mata merasakan sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke vaginanya.
Munarman melenguh keenakan merasakan himpitan dinding vagina Rina yang begitu sempit dan bergerinjal-gerinjal. Tak lama kemudian ia mulai mengocok penisnya keluar masuk, mula-mula pelan hingga frekuensi genjotannya main naik dan menimbulkan bunyi kecipak dari gesekan alat kelamin mereka dan cairan dari vagina gadis itu. Tubuh Rina tergoncang-goncang, demikian pula sepasang payudaranya sehingga nampak makin menggemaskan, sepasang gunung kembar itu tidak pernah lepas dari tangan dan mulut mereka.
“Hhuuuhh…seret banget…uuhh…ini baru top!” sahut Munarman sambil menyetubuhi Rina semakin liar.
“Sepongannya juga sip Bos…edan kaya diisep-isep nih!” timpal Muchdi yang penisnya sedang dioral oleh gadis itu.
“Gantian dong Di, gua juga pengen nyicipin, kayanya enak tuh ya!”
Muchdi mempersilakan Irsyad mengambil posisinya karena ia sendiri tidak ingin buru-buru keluar sebelum menikmati hidangan utamanya yaitu mencoblos vagina gadis itu. Pria berambut cepak itu segera meraih kepala Rina, gadis itu sempat mengambil udara segar sebentar dan sedikit terbatuk-batuk sebelum akhirnya mulutnya kembali dijejali penis, kali ini oleh Irsyad, pria itu memegangi kepalanya sehingga kini kepala gadis itu tidak lagi terjuntai terbalik yang membuatnya tidak nyaman.
“Sudah…saya mo…hhhmmmhh!” Irsyad memasukkan penisnya dengan paksa ke mulut gadis itu dan memotong kata-katanya.
Irsyad mendesah nikmat merasakan mulut gadis itu memanjakan penisnya dengan ludahnya yang hangat dan lidahnya. Rina nampak kewalahan karena penis Irsyad diameternya lebih lebar daripada milik Muchdi. Dengan susah payah Rina mencoba menggerakkan lidahnya menyapu kepala penis itu.
“Uuuhh…mantap Non, yah…jilatin terus…emuthh!” desah pria itu sambil meremasi rambut Rina.
Muchdi menarik kursi ke dekat meja itu lalu duduk di atasnya, ia mengamat-amati tubuh mulus Rina yang sudah mulai berkeringat dan mengelusinya dengan kagum. Lidahnya terjulur keluar menjilati wilayah puting gadis itu sementara tangannya yang satu meremasi payudaranya yang sebelah. Di sisi lain, Munarman semakin cepat menggoyangkan pinggulnya menyodok-nyodok vagina Rina dengan penisnya. Mulut pria itu menceracau tak karuan hingga akhirnya melenguh panjang, ia menekankan penisnya dalam-dalam ketika mencapai klimaks. Akhirnya setelah dua puluh menitan menggarap Rina, Munarman tidak bisa lagi menahan keluarnya spermanya yang mengisi vagina gadis itu. Pada saat hampir bersamaan, Rinapun kembali berorgasme, nafasnya mendengus-dengus, erangan tertahan terdengar dari mulutnya yang tengah dijejali penis, tubuh telanjangnya hanya bisa menggelinjang-gelinjang menyebabkan dadanya makin membusung dan membuat Muchdi yang sedang menyusu semakin bernafsu dibuatnya. Terdengar suara ‘plok’ saat Munarman menarik lepas penisnya dari vagina Rina, liang vagina gadis itu ternganga selama beberapa saat sebelum menutup kembali, cairan orgasmenya meleleh keluar dari liang itu bercampur dengan cairan kental berwarna putih susu membasahi selangkangan dan meja di bawahnya.
“Ayo siapa mau coba nih!” sahut Munarman seusai melampiaskan nafsunya.
“Gua Boss…gua dah konak nih daritadi!” Muchdi buru-buru mengambil posisi di antara kedua paha Rina, “eh, Syad…turunin dulu dong, gua mau gaya doggy nih, biar lebih enak!”
Irsyad yang sedang asyik menikmati penisnya dikulum membantunya menurunkan tubuh gadis itu ke lantai. Rina berusaha beringsut untuk menjauh dari mereka, namun ia harus pasrah mendapati kenyataan bahwa tubuhnya sudah terlalu lemas untuk itu, belum lagi ditambah rasa nyeri pada vaginanya yang baru saja dibombardir penis Munarman.
Muchdi mengatur tubuh Rina menungging di lantai kayu itu dengan bertumpu pada kedua lutut dan siku tangannya. Tak lama kemudian kepala penisnya sudah membelah vagina gadis itu.
“Ooohh…sakit!” Rina mendesah lirih, “Aahhkk!!” Muchdi menyentakkan pinggulnya kuat-kuat setelah penisnya menancap setengahnya hingga benda itu melesak masuk dan gadis itu menjerit.
Tanpa memberi kesempatan pada gadis itu untuk beradaptasi, Muchdi menyodok-nyodokkan penisnya dengan buas. Nampak sepasang payudara Rina terayun-ayun seirama goncangan tubuhnya menciptakan suasana yang semakin erotis. Tangan kiri Muchdi meraih payudara itu dan meremasinya sambil terus menyodoknya dari belakang. Erangan Rina semakin keras, matanya merem-melek, secara refleks ia juga turut menggerakkan pinggulnya mencari kenikmatan. Munarman dan Irsyad tertawa-tawa melihat reaksi gadis itu.
“Hahaha…tuh kan jadi ketagihan, tadi nangis-nangis minta dilepasin sekarang malah pengen dientot!” ejek Munarman.
“Biasa Bos…belum tau enaknya dia hahaha!” timpal Irsyad.
Sodokan Muchdi semakin cepat, lenguhannya bercampur dengan erangan Rina memenuhi ruangan itu, ditambah lagi dengan bunyi tumbukan alat kelamin mereka, ‘plok…plok…plok!’. Sementara itu, Robby yang terikat tak berdaya hanya bisa menyaksikan gadis itu diperkosa tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya ia merasa sangat kasihan dan ingin menolongnya, namun apa yang dapat diperbuatnya? bahkan nasibnya sendiri sedang di ujung tanduk. Secara naluriah, ia sendiri terangsang melihat gadis secantik Rina diperkosa massal oleh ketiga bajingan itu, tanpa dapat ditahan penisnya pun mengeras karenanya.
“Uuuhh…uhhh…enak kan Non…seretnya!” ceracau Muchdi yang terus menggenjoti gadis itu dan meremas-remas payudaranya.
“Ditanya jawab yah!! Enak gak!!” Muchdi menjambak rambut panjang gadis itu hingga kepalanya menengadah.
“Aduuhh….ahhh…iyah enak…sakit, jangan ditarik gitu….aahh!” rintih Rina yang wajahnya semakin berlinang air mata.
Ketiga pria bejat itu tertawa-tawa, ejekan-ejekan yang melecehkannya terus keluar dari mulut mereka.
“Ayo Di…bikin dia kelepek-kelepek hahaha!” kata Irsyad.
Merasa tertantang Muchdi semakin mempercepat sodokannya pada vagina gadis itu. Hingga akhirnya tak lama kemudian pria itu semakin melenguh-lenguh, frekuensi genjotannya semakin cepat dan remasannya pada payudara gadis itu semakin keras. Desahan Rina bercampur dengan rintihan kesakitan. Dengan satu lenguhan panjang, preman berkuncir itu menancapkan penisnya dalam-dalam dan melepas orgasme. Untuk kedua kalinya vagina Rina terisi dengan sperma, ia dapat merasakan kedutan-kedutan penis pria itu dan cairan putihnya yang hangat memenuhi rahimnya. Ketika Muchdi mencabut penisnya nampak cairan spermanya bercampur cairan kewanitaan gadis itu membentuk untaian sepanjang lima centian.
“Nih…bersihin!” perintah Muchdi menarik rambut panjang Rina dan mendekatkan penisnya yang belepotan ke bibir gadis itu.
Rinapun melakukan yang diperintahkannya, penis itu ia jilati dan kulum, cairan-cairan yang berlumuran disana dijilatinya hingga bersih sampai sisa-sisa sperma pun dihisapinya.
“Hhhssshhh…ngisepnya jago juga lu Non, dah pengalaman ya!?” komentar Muchdi
“Lu pecun yang suka beroperasi di puncak ya Non, hahaha!” ejek Irsyad membuat kupingnya memerah.
“Hus…yang bener aja lu Syad pecun disini mana ada yang bening gini, biasanya item-item kaya babu gitu hehehe” sahut Munarman.
Rina merasakan tubuhnya luluh lantak sehingga ia harus bersandar pada kaki meja menopang tubuhnya, namun ia masih merasakan kurang karena bersama Muchdi tadi ia hampir mencapai klimaks namun pria itu sudah lebih dulu klimaks dan menarik lepas penisnya. Sekarang giliran Irsyad mencicipi tubuhnya, pria cepak bertubuh besar itu mendekapnya, lalu duduk di kursi dan menaikkan gadis itu ke pangkuannya dalam posisi memunggungi.
“Angkat badan lu dikit manis!” perintah Irsyad di dekat telinga Rina, “buka vagina lu terus masukin nih penis gua”
Orgasme yang tidak kesampaian membuat Rina menikmati persetubuhan itu. Ia mengangkat tubuhnya sedikit, tangan kanannya membuka lebar-lebar bibir vaginanya dan yang kiri menggenggam penis Irsyad yang berurat, mengarahkannya memasuki liang senggamanya. Ia mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan setelah dirasanya kepala penis itu menyentuh bagian tengah vaginanya. Desahannya mengiringi proses penetrasi penis itu. Berkat cairan kewanitaan yang telah membanjiri vaginanya, penis besar Irsyad lebih mudah memasuki vaginanya, namun tetap saja rasa ngilu mengiringinya karena vaginanya sudah sejak tadi digempur. Irsyad lalu memutar wajah Rina dan melumat bibirnya. Rina membalas permainan lidah pria itu sambil beradaptasi dengan penis yang menyesaki vaginanya itu. Tanpa disuruh, Rina mulai menggerakkan tubuhnya naik turun tanpa melepas percumbuannya dengan preman itu. Kedua tangan kasar Irsyad terus bercokol pada payudara gadis itu, meremasi, memilin atau mencubiti putingnya. Goyangan tubuh Rina kian cepat, mulutnya juga semakin menceracau menahan nikmat. Munarman yang mulai bernafsu lagi mendekati mereka, ia meraih kepala Rina dan menjejali mulut gadis itu dengan penisnya. Muchdi juga tidak membiarkan tangan gadis itu yang nganggur, ia menggenggamkan penisnya pada tangan gadis itu dan memintanya untuk mengocok. Sambil menikmati vagina Rina, Irsyad mencium dan menjilati leher jenjangnya, sementara tangannya bergerilya menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang mulus itu. Tanpa dapat ditahan Robby yang terikat di kursi juga terangsang melihat adegan itu, tak terasa penisnya juga mulai basah karenanya.
“Eeemm…mmmm…uuhhm!” suara desahan Rina yang tertahan oleh penis Munarman.
Ia merasakan penis itu semakin bertambah keras di mulutnya. Munarman tidak lagi memegangi kepalanya, Rina menggenggam sendiri penis itu sambil memaju-mundurkan kepalanya dan mengulum-ngulum benda itu. Sementara tangannya yang satu sedang mengocok penis Muchdi dengan kecepatan sedang disertai pijatan membuat pria itu melenguh menahan nikmat. Tak lama kemudian mengeluarkan penis Munarman dari mulutnya dan ganti mengoral penis Muchdi.
“Bagus…sekarang udah nurut ya! Udah ketagihan penis rupanya” kata Muchdi.
Tanpa mempedulikan komentar-komentar yang merendahkannya itu, Rina terus mengulum dan mengocoki penis Munarman dan Muchdi sambil menaik-turunkan tubuhnya. Lidahnya menyapu kepala penis Muchdi dan menggelitik lubang kencingnya membuat pria itu semakin tak tahan hingga tak lama kemudian…croot…ccroot…diiringi lenguhan panjang Muchdi mengeluarkan spermanya di mulut gadis itu.
“Uuhh…enakhh!” lenguhnya sambil memegangi kepala gadis itu, “isep Non…isep kuat…minum peju gua!
Rina gelagapan namun mau tidak mau ia harus menghabiskan cairan putih yang tertumpah di mulutnya itu, baunya sungguh tajam dan kental, sebagian cairan itu meleleh di sudut bibirnya karena yang keluar cukup banyak. Ia terpaksa menelan cairan putih kental itu agar tidak terlalu terasa di mulutnya, selain itu juga dihisapinya penis Muchdi yang semakin menyusut itu dan dihisapi sisa-sisa spermanya hingga pria itu akhirnya mencabut penisnya dengan puas. Baru sebentar penis Muchdi lepas dari mulutnya, Munarman yang penisnya sedang sedang dikocok olehnya juga mencapai klimaks. Penisnya berkedut-kedut dan menyemprotkan isinya ke wajah cantik gadis itu. Pria itu tersenyum puas setelah berejakulasi di wajah gadis itu.
“Mulutnya dibuka!” perintahnya, ia lalu mengarahkan penisnya ke mulut Rina sehingga cipratan spermanya masuk ke mulut gadis itu.
Kembali mulut Rina dijejali penis, kali ini oleh Munarman yang memintanya mengisap dan membersihkan miliknya itu dari sisa-sisa sperma. Mereka tertawa-tawa melihat keadaannya dengan wajah telah belepotan sperma.
“Hehehe…gitu lebih cantik Non, lumayan tuh buat krim wajah, jadi tambah cantik!” ejek Muchdi.
Terlihat sekali Rina menikmati perkosaan atas dirinya itu, tubuhnya sudah dikuasai dorongan seksual tanpa menghiraukan cemoohan ketiga pemerkosanya itu. Ia meliuk-liukkan tubuhnya sehingga penis besar Irsyad semakin mengaduk-aduk vaginanya.
“Uuuhh…ngehek…mau keluar nih…eerrrhh!!” geram Iryad sambil menurunkan tubuh Rina dan bangkit dari kursi tanpa melepas penisnya yang tertancap.
Rina segera menumpukan kedua tangannya pada tepi meja di dekatnya, persetubuhan itu berlanjut dengan posisi si pria menyodoki dari belakang sambil berdiri dan si wanita berdiri nungging dengan bertumpu pada bibir meja di depannya. Dengan posisi demikian Rina merasakan penis Irsyad menyodok semakin dalam dan semakin kencang. Desahan Rina semakin menjadi-jadi, mulut gadis itu membuka bulat dan mengeluarkan desahan yang susul menyusul dengan lenguhan pria itu.
“Aaahh…aakkhh…ooooohh!” Rina mengerang sekuat tenaga seiring dengan ledakan orgasme yang seakan meledakkan tubuhnya dari dalam.
Tubuhnya mengejang dengan dahsyat, vaginanya semakin becek dan semakin kuat mencengkram penis Iryad yang juga sudah mau meledak. Pria berambut cepak itu pun akhirnya tak tahan lagi, dengan satu dorongan keras dilesakkannya penisnya dalam-dalam pada vagina Rina.
“Uugghh!” Irsyad mendesah nikmat sambil menumpahkan spermanya mengisi vagina gadis itu.
Pria itu meresapi orgasme itu dengan memeluk tubuh mulus itu merasakan kehangatan tubuh gadis itu menyatu dengan tubuhnya. Tangannya meremasi payudara gadis itu dan mulutnya menciumi tenguk dan pundaknya.
“Wah…gua konak lagi nih, sini Non sama abang lagi!” Muchdi yang penisnya mulai mengeras lagi meraih lengan Rina begitu Irsyad melepaskan dekapannya.
Tubuh Rina saat itu demikian lemah lunglai setelah mengalami orgasme panjang bersama Irsyad, namun Muchdi sepertinya tidak terlalu mempedulikannya. Pria itu duduk selonjoran di lantai dan mendudukkan gadis itu di selangkangannya.
“Aaahhh!!” desah Rina merasakan vaginanya kembali dimasuki penis.
“Yah Non…turun terus, masuk nih…uuhhh gitu!” Muchdi merasakan nikmat penisnya terjepit himpitan vagina gadis itu.
Pria itu menyentakkan pinggulnya ke atas setelah lebih dari setengah batang penisnya melesak ke vagina Rina, akibatnya tubuh gadis itu pun ikut tersentak dan jeritan kecil keluar dari mulutnya tanpa tertahankan.
“Goyang Non!” perintah pria berkuncir itu.
Rinapun mulai menaik-turunkan tubuhnya. Muchdi menikmati goyangan gadis itu sambil mengenyoti dadanya yang kanan. Tangannya menjelajahi kemulusan tubuh gadis itu. Lima menit kemudian Munarman mendekati mereka dan mendorong punggung gadis itu ke depan sehingga pinggulnya lebih menungging.
“Eemmm…eengghhh..mmmhh!” desah gadis itu tertahan.
Dengan diserangnya seluruh bagian sensitif tubuhnya, Rina merasakan darahnya semakin berdesir, gelombang klimaks akan segera menerpanya kembali. Ia melenguh panjang, menarik penisnya dan menyemprotkan spermanya membasahi punggung dan bongkahan pantat gadis itu. Baru setelahnya, sekitar tiga menit kemudian Rina mencapai puncak kenikmatannya, tubuh mulusnya menggelinjang hebat di atas tubuh Muchdi, mulutnya mengeluarkan erangan panjang, tangannya mengocoki penis Irsyad semakin cepat. Kedua bawahan Munarman itu menurunkan tubuh Rina dan menelentangkannya di lantai. Muchdi terus menggenjotnya sampai lima menit ke depan hingga akhirnya ia mencabut penisnya dan menumpahkan spermanya membasahi perut gadis itu. Tubuh Rina semakin blepotan cairan putih itu setelah Irsyad menuntaskan hajatnya dengan menyemburkan spermanya di wajah gadis itu.
Ketiga pria tak bermoral itu pun meninggalkan tubuh telanjang gadis itu terbaring lemas bersimbah keringat dan sperma. Mereka tertawa puas berhasil menikmati kehangatan tubuh Rina.
0 komentar:
Posting Komentar