06.25

Bersetubuh dengan Ayah Mertua

Diposting oleh Miss Horny |

Namaku Novianti. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun.

Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali.

Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri.

Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit.

Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka.

Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu. Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat.

“Hei nak Novi. Apa khabar…!”, sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku.

“Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?” balasku.

“Oh…Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo….”

“Ayo kita ke rumah”, kata suamiku kemudian.

Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama.

Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika.

Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat.

Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar.

Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang… Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku.

Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku.

Tiba-tiba aku sadar dari tidurku… tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku…

Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata… dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus.

“Yah…!! Stop….jangan…. Yaaahhhh…!!?” jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku.

“Nov, maafkan Bapak…. Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku.

“Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon….!!”, pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.

“Nov… Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya.

“Jangan berbicara begitu. Ingat Yah… aku kan menantumu…. istri Toni anakmu?”, jawabku mencoba menyadarinya.

“Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan… Benar-benar keterlaluan tu anak….!!, lanjutnya.

Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh…. benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya.

Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung.

Aku mencoba menghindar… tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur. Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.

Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya.

“Yahh… biar Novi mengocok Ayah saja ya… karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi… Gimana…?”

Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi.

“Baiklah..”, kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya.

Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.

Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu….

Oooohhhh…… benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi.

Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.

“Ooooohhh…..sssshhhh…..Noviii…eee..eeenaaak… betulll..!!!” Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya.

Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang.

Dua menit, tiga… sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.

“Nggak apa-apa …..biar cepet keluar..”, kata mertuaku memberi alasan.

Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.

Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku.

“Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..”, pinta mertuaku kemudian.

“Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..”, ujarku mengingatkan.

“Sedikit aja. Ya?” desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang.

“Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali….!!!”, pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan.

Aku harus bertindak cepat. Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku.

Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat?

Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat!

Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan.

Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.

Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku.

Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui.

Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya.

Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat.

“Oooohhhhh…….aaaa….aaaaa……aaauugghhhhhhhhh..!!!!!” aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja.

Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini.

“Noviii…..kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!”, katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya.

Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku.

Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus.

Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.

Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin.

Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya.

Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan.

“Yah..?” panggilku menghiba.

“Apa sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.

“Cepetan..yaaahhhhh…….!!!”

“Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa…….?” tanyanya pura-pura tak mengerti.

Aku tak menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.

“Novii….iiii… iiiingiiinnnn aaa…aaayahhhh….se….se.. seeegeeeraaaa ma… masukin..!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa.

Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!?

“Apanya yang dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek.

“Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…..ya…yaaaahhhh. Ja…..ja….Jaaangan siksa Noviiii..!!!”

“Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang……!!”

“Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh… Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi…… uugghhhh..!!!”

Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera.

“Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya”, kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku.

“Uugghh..”, aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam.

Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya.

Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan.

Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku.

“Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!”, aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami.

Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya.

Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar.

Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat.

Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu.

“Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee…eeennnaaaakkkkkkkk…!!!”

Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya.

“Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami….”, bisik ayah dengan mesranya.

“Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu…. Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..”, lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.

Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku…????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis.

“Novi sayang, kenapa menangis?” bisiknya buru-buru.

“Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..”, lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya.

“Bapak tidak salah. Novi yang salah..”, kataku kemudian.

“Tidak sayang. Bapak yang salah…”, katanya besikeras.

“Kita, Yah. Kita sama-sama salah”, kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi.

“Terima kasih sayang”, kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku.

Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku.

Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya.

Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya.

Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya.

Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya.

“Akh sayang!” pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi.

Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri!

“Ooohh… oohhhh… oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa…..!!!” jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku.

Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya.

Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya.

Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.

Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma.

Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi.

“Eerrgghh.. ooooo….ooooooo…..oooooouugghhhhhh..!!!!” mertuaku berteriak panjang.

Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku.

Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka.

“Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik….nikkkk nikmaatthh…. yaaahhhh..!!!!” jeritku tak tertahankan.

Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam!

Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik.

Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah…. Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip…. tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari…..

TAMAT

Baca selengkapnya »»

07.42

Friska dan Ayah Angkatnya

Diposting oleh Miss Horny |

Cerita ini adalah pengalaman seorang pelacur yang saya temui di Geylang, Singapura. Sungguh mengejutkan sekali karena dia berasal dari Jakarta dan karena nasib dia yang nahas sekali, dia akhirnya menjadi seorang wanita malam di negara Singapura. Dia menceritakan pengalamannya ketika dia telah bercinta dengan saya dan saat itu saya sedang menunggu teman saya yang sedang dilayani oleh wanita lain yang kebetulan orang lokal.

Nama wanita itu adalah Friska. Friska adalah seorang yatim piatu dan dia sejak kecil sudah dipelihara oleh sebuah rumah yatim piatu X. Disaat tinggal bersama anak-anak lainnya di rumah panti asuhan itu, Friska tidak merasakan kesedihan setelah ditinggal oleh orang tuanya sewaktu dia masih bayi karena kebahagiaan dan rasa aman yang diberikan oleh pembimbing. Namun demikian, kehidupannya mulai berubah sewaktu dia berumur 13 tahun saat dia mulai diadopsi oleh pasangan Ibu Yuni dan Bapak Irwan.

Setelah Ibu Yuni dan Bapak Irwan mengurusi semua surat-surat yang berhubungan dengan Friska Suryani, akhirnya Friska ikut dengan mereka ke rumahnya yang baru. Rumah Ibu Yuni dan Bapak Irwan sangat besar karena mereka termasuk orang strata atas. Keluarga Ibu Yuni dan Bapak Irwan menganggap Friska Suryani sebagai anaknya sendiri dan mengasuhnya dengan penuh kasih.

Tepat sewaktu Friska Suryani berumur 16 tahun, Ibu Yuni yang Friska anggap sebagai ibunya sendiri meninggal dunia akibat kanker yang menyerang otak tengahnya. Di penguburan Ibu Yuni, Friska hanya berdiam diri dan memandang makam Ibu Yuni dengan penuh kesedihan dan begitu pula dengan Bapak Irwan. Bapak Irwan merasa tertekan sekali dengan kematian istrinya yang sangat dia sayangi.

Semenjak kematian istrinya, kehidupan Bapak Irwan telah berubah. Kehidupannya sebagai seorang Direktur Muda di kantornya yang penuh dedikasi dan dipenuhi oleh figur ayah telah berubah menjadi seorang laki-laki buaya yang selalu membawa minuman keras dan perempuan malam setiap kali dia pulang kantor. Friska hanya berdiam diri melihat perubahan total ayah tirinya itu, begitu pula dengan pembantu-pembantu yang telah setia menemani keluarga itu sebelum Ibu Yuni meninggal dunia. Bentakan-bentakan dan perlakuan kasar yang diberikan oleh Bapak Irwan kepada supir dan pembantu rumah tangganya membuat mereka menjadi tidak betah bekerja di situ dan akhirnya hanya tinggal Bapak Irwan dan Friska Suryani yang tinggal di rumah itu.

Suatu malam, Bapak Irwan pulang ke rumah dengan kondisi tubuh yang sangat payah. Sambil berjalan tergopoh-gopoh dan memegang Whiskey di tangan kirinya, dia membanting pintu rumahnya dengan keras dan berteriak-teriak memanggil Friska, "Friskaa.., kemarii." Dia terjatuh ke atas sofa yang terletak di dekat pintu masuk lalu membuka dasi dan kemeja kerjanya. Tak lama kemudian, Friska turun dari lantai atas rumahnya untuk menemui Bapak Irwan yang sedang on karena minuman keras yang mungkin dicampur dengan ecstacy.

Friska mendekati ayah tirinya dengan penuh ketakutan karena melihat kondisi ayah tirinya yang sedang mabuk itu. Tampang ramah Bapak Irwan yang biasanya Friska sukai telah berubah menjadi sebuah tampang sangar yang penuh dengan nafsu-nafsu setan di dalamnya. Dengan keadaannya yang sedang mabuk, Bapak Irwan menyuruh Friska untuk memijat punggung Bapak Irwan yang dia rasakan pegal. Sebagai seorang anak angkat, Friska menuruti perintah ayah angkatnya dan dengan jari-jarinya yang lentik, dia mulai memijat-mijat punggung ayah angkatnya. Rupanya, tanpa sepengetahuan Friska, pijatan-pijatan Friska telah membangkitkan nafsu birahi.

Pak Irwan menjadi lupa daratan bahwa Friska adalah anak angkatnya karena dengan kekuatannya, dia memegang tangan-tangan lentik Friska yang sedang memijatnya dan menciumnya. Dengan refleks, Friska menarik tangannya yang sedang diciumi oleh ayah angkatnya dan itu membuat Pak Irwan menjadi berang. Dia tidak menyadari bahwa orang yang di hadapannya adalah anak angkatnya yang baru berusia 16 tahun, sedangkan Pak Irwan baru saja melewati ulang tahunnya yang ke 49. Sungguh jauh perbedaannya tetapi nafsu setan telah menguasai hati nuraninya. Dengan penuh ketakutan, Friska menjauhi ayah angkatnya tetapi rupanya kekuatan Pak Irwan telah berhasil menguasai Friska. Di atas tangga, Pak Irwan menindih tubuh Friska yang sintal dan dia menciumi leher Friska yang jenjang.

Sambil mengucurkan air mata, Friska menyesali kenapa dia bersedia turun sewaktu dipanggil tadi dan jika dia tidak memijat ayah angkatnya, hal seperti ini tidak perlu terjadi. Rupanya tangisan Friska tidak merubah keadaan karena sewaktu lamunan Friska buyar, dia menyadari bahwa dia sekarang tidak berbusana lagi karena Pak Irwan telah menelanjanginya dan sekarang dia hanya dapat melihat sosok ayah angkatnya yang sedang membuka pakaiannya dan dia akhirnya dapat melihat kemaluan ayah angkatnya yang cukup besar dan Friska tidak pernah melihat batang kemaluan dalam bentuk apapun selama hidupnya.

Pak Irwan mulai mendekati anak angkatnya yang sedang menangis, "Jangan takut Friska, sekarang Ayah akan memberikan kamu kebahagiaan yang pasti belum pernah kamu terima dari siapapun." Selesai dia mengucapkan kata-kata itu, Pak Irwan langsung menjilati lubang kemaluan Friska dengan ganasnya dan dia tidak peduli dengan tangisan dan teriakan Friska. "Jangan, Ayah.. Jangan lakukan.." Friska tidak bisa melakukan apa-apa akan tetapi rupanya Friska merasakan sesuatu kenikmatan di saat lidah-lidah Pak Irwan menyapu liang kenikmatan dan klitorisnya, sesuatu perasaan yang dia belum pernah nikmati selama hidupnya. Dia merasakan sesuatu yang sangat geli dan nikmat. "Jangan Yah....Ouch....Ingat Yah....Shshhh...." Isakan tangis Friska mendadak berubah total menjadi desahan-desahan yang sesekali memanjang dan tanpa dia sadari rupanya dia menjadi lupa daratan dan dia seakan mendorong-dorong kepala ayah angkatnya supaya dia bisa merasakan kenikmatan maksimal dari ayah angkatnya.

Rupanya ini membuat Pak Irwan menjadi sangat terangsang dan kemudian dia mengangkat tubuh anak angkatnya sambil mencium bibir Friska "Mmh...ahhh..." Friska hanya mendesah pasrah mendapat perlakuan seperti itu. Lalu Ayah angkatnya membawanya ke ranjang yang biasanya dia gunakan untuk bercinta dengan almarhum istrinya. Pak Irwan meletakkan Friska di atas ranjang dan kemudian dia bergerak maju, mengarahkan batang kemaluannya ke atas bibir Friska yang mungil dan menyuruh Friska untuk mengulumnya. Dengan perasaan jijik, ketakutan dan sedikit rasa birahi yang dia sendiri tidak mengerti, Friska mulai menjilati batang kemaluan ayah angkatnya "Mmmhhh....oh...Mmhhh" dan membuat Pak Irwan menjadi refleks untuk memijat-mijat payudara Friska yang sudah cukup besar untuk gadis berusia 16 tahun.

Pijatan Pak Irwan membuat Friska menjadi terpancing gairahnya dan membuat dia mempercepat gerakan kuluman di kemaluan Pak Irwan. Sekarang Friska menjadi tidak ketakutan seperti tadi dan tampaknya dia mulai menyukai permainan yang dilakukan oleh Pak Irwan. "Ahh....Oohhhhh...." Bermenit-menit lamanya Friska menghisap-hisap batang kemaluan Pak Irwan seperti sewaktu Ibu Yuni memberikan dia permen lolly semasa hidupnya. "Aaacchhhh....." Tiba-tiba tubuh Pak Irwan menjadi gemetar dan dia berteriak sambil batang kemaluannya memuntahkan cairan sperma ke dalam mulut Friska yang mungil. Friska merasakan jijik yang amat sangat karena pengaruh bau alami yang muncul dari sperma itu tapi Pak Irwan memaksanya untuk menelan sehingga Friska tidak mempunyai pilihan selain menelan cairan itu.

Friska menganggap permainan itu telah selesai. Sayang sekali, dugaan Friska salah karena Pak Irwan tanpa Friska ketahui adalah seseorang yang cukup hiperseks. Setelah dia puas memuntahkan cairannya ke dalam mulut Friska, dia menggosok-gosokkan batang kemaluannya sehingga batang kemaluannya menjadi semakin membesar dan membuat Pak Irwan ingin berbuat lebih jauh. Dengan nafsunya yang mulai bangkit kembali, Pak Irwan berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan Friska dan Friska hanya dapat melihatnya dengan wajah polos yang penuh ketakutan yang amat sangat. "Aahhh...jangan Yah.....ahhh.." Dia merasakan ketakutan karena dia melihat bahwa batang kemaluan ayah angkatnya yang cukup besar sedang berusaha memasuki perawannya yang lubangnya tentu masih sempit.

"Ach...sakit..Yah....", Friska menjerit saat batang kemaluan besar Pak Irwan masuk ke dalam liang kenikmatan Friska dan membuat Friska menjadi berteriak histeris karena kesakitan yang amat sangat dan terbukti karena darah segar perawannya mulai membasahi sprei ranjang Pak Irwan. Sambil mendiamkan batang kemaluannya di dalam liang kewanitaan Friska, Pak Irwan mencium payudara Friska "Mmmhhh....." yang membuat gairah yang Friska tidak mengerti apa itu menjadi bangkit kembali dan Friska ingin segera merasakan lebih dari apa yang dia rasakan sekarang.

Mendadak Friska menjadi liar, dia mendekap ayah angkatnya dan menaik-turunkan pantatnya secara otomatis sehingga menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi Pak Irwan. Hal ini membuat permainan mereka semakin menjadi Hot karena disaat pantat Friska naik, Pak Irwan mengikutinya dengan posisi menurunkan pantatnya. "Ah...Ah...Ooohhh....Yah..." tanpa disadari Friska merintih nikmat. Hal ini tentunya menyebabkan kenikmatan sendiri bagi Pak Irwan, begitu pula dengan Friska. Permainan mereka menjadi menggila karena sekarang Friska mulai mendesis-desis seperti ular yang kepanasan sedangkan Pak Irwan mulai berteriak kenikmatan, "Ooohh", karena menindih putri angkatnya dengan batang kemaluannya yang sedang dipijat-pijat oleh lubang kemaluan anak angkatnya.

Gerakan Friska dan Pak Irwan yang naik turun itu akhirnya menghasilkan sesuatu untuk Friska karena dia merasakan ada sesuatu yang hendak meledak di dalam dirinya dan di saat batang kemaluan Pak Irwan menyodok lubang kewanitaannya yang paling dalam, "Ouuuccchhhh....Aaahhhh.....Ayaaaahhhhh....." Erang Friska yang akhirnya meledakkan cairan kewanitaannya dan dia merasakan suatu sensasi kenikmatan yang belum pernah dia nikmati selama 16 tahun dan dia mulai menyukainya karena di saat dia klimaks tersebut, dia langsung memeluk ayah angkatnya dan menciumi Pak Irwan dengan penuh nafsu sehingga membuat Pak Irwan menjadi semakin liar dalam bersenggama.

Berjam-jam lamanya dan berkali-kali Friska merasakan kenikmatan dunia yang belum pernah dia rasakan dan sampai akhirnya..."Oooouuuuhhhhhhh......" Ayah angkatnya melenguh panjang dan Friska merasakan cairan hangat ayah angkatnya memenuhi rahimnya dan membuat tubuh ayah angkatnya kejang untuk beberapa kali karena kenikmatan yang baru saja diterima dari anak angkatnya. Friska memeluk ayah angkatnya karena cairan sperma ayah angkatnya begitu hangat membasahi liang kewanitaannya dan dia dapat melihat dengan jelas bahwa sekarang cairan Pak Irwan telah menyatu dengan darah perawannya yang mulai mengering.

Kejadian itu tidak terjadi sekali saja karena sekarang Friska mulai menyukai apa yang disebut dengan senggama. Bahkan, Pak Irwan telah mengajari putri angkatnya gaya-gaya baru yang selalu dipraktekkan dengan almarhum istrinya yang membuat istrinya semakin sayang kepada Pak Irwan. Kegilaan Pak Irwan dan anak angkatnya terjadi terus-menerus sampai di suatu ketika Pak Irwan harus meninggalkan dunia ini karena kecelakaan lalu lintas dan nasib Friska, si anak yatim piatu itu tidak sampai di situ karena perselingkuhannya dengan Pak Irwan membuahkan sesuatu di dalam rahimnya.

Friska hamil 2 bulan dan dengan segala kekayaan dari penjualan rumah dan isinya, Friska memulai hidup baru di Singapura dan karena biaya hidup di Singapura yang tinggi, dia mati-matian menjadi seorang perempuan malam yang selalu menunggu laki-laki yang bersedia memberikan dia beberapa ratus dollar untuk menghidupi dirinya dan bayinya.

TAMAT
Baca selengkapnya »»

07.07

Ayahku Memang Perkasa

Diposting oleh Miss Horny |

Aku punya pengalaman yang sangat gila dan itu sudah berlangsung sangat lama dan aku benar2 menikmatinya. Pengalaman itu adalah “aku bercinta dengan ayahku sendiri”. Dan aku akan menceritakannya kepada kalian semua.

Pengalaman itu terjadi pada waktu aku kuliah tingkat satu, sebelumnya aku ceritakan dulu asal usulku. Namaku sebut saja Gladys, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku cowok dan duduk di SMA. Ayahku suku jawa dan ibuku sunda, umurku sekarang 20 tahun dan aku senang sekali bergaul dan merasakan angin malam di diskotik atau cafe2. Ayahku bekerja di perusahaan swasta sebagai senior marketing dan Ibuku bekerja sebagai sekertaris. Ayah dan Ibuku bercerai sejak aku duduk di SMA. Ibuku selingkuh dengan bosnya yang keturunan Jerman. Semenjak ayah dan ibu bercerai, aku dan adikku sering bergantian untuk tinggal dengan ayah atau ibuku. Tetapi sejak 2 tahun lalu ibuku tinggal dengan pacarnya yg baru di Jerman. Jadi aku putuskan untuk tinggal di jakarta bersama ayahku sedangkan adikku ikut dengan ibuku di Jerman.

Jadi sejak 2 tahun yg lalu aku dan ayahku tinggal bersama. Mulanya aku tidak pernah ada masalah dan tidak tahu kalau ayahku mempunyai keanehan akan :hobinya”; yaitu suka dengan pakaian dalam wanita. Aku mengetahuinya saat aku hendak akan memakai celana dalamku dan celana dalamku hanya tinggal beberapa saja. Aku bingung saat itu karena aku sudah mencarinya kemana-mana tetapi tidak aku temukan dan keesokan harinya aku mencari celana dalamku yang kemarin aku pakai pun hilang tetapi 2 hari kemudian aku temukan tepat berada di tempat pakaian kotor didalam kamarku yang biasa aku menaruh pakaian kotorku. Disanalah celana dalam, bra dan lingerie-lingerie atau baju tidurkku yg seksi berbahan satin aku temukan tetapi semua terdapat noda putih seperti sperma lelaki. Aku bingung siapa yg melakukan hal seperti ini sedangkan di sini Cuma hanya ada aku dan ayahku saja.
Awalnya aku menduga ayahku tetapi tidak berharap banyak karena aku tahu ayahku seperti apa orangnya. Jadi aku merencanakan untuk membuat jebakan, aku beli celana dalam model G-string dan baju tidur transparan. Pas dimalam harinya aku pakai dan keesokan hari, sehabis mandi aku taruh di paling bawah pada tempat pakaian kotorku.Sepulang dari kuliah aku langsung mengecek tempat pakaian kotorku dan benar yang perkirakan, baju tidur dan g-stringnya hilang! Disitulah awal aku mencurigai ayahku, karena aku temukan pakaian dalam dan baju2 tidurku di kamarnya. Dan tidak hanya itu saja, di komputernya terdapat video saat aku sedang mandi dan ganti baju, video ayahku sedang memakai baju tidur satinku sambil menciumi celana dalamku dan beronani dengan celana dalamku sambil menyebut2 namaku “ Gladys...oh..Gladys..anakku aku ingin mengentotimu sayang, menjilati dan mengulum tetemu”. Aku sempat kaget dan syok, tetapi ada sebagian gairahku yg menikmatinya saat ayahku menjilati celana dalamku dan memanggil-manggil namaku. Dan itu menyenangkan sekali.

Aku ingin mencoba menjebaknya lagi, jadi sorenya aku belanja baju tidur lagi, bedanya kali ini aku meminta uang tambahan kepada ayahku jadi dia pasti tahu bahwa aku akan belanja baju tidur dan celana dalam. “Yah, minta uang dong, Gladys mau beli celana dalam dan lingerie baru” kataku sambil bermanja-manja dan merayunya. “Loh kamu kan punya banyak celana dalam dan lingerie yg bagus-bagus, dan bukannya baru kemarin kamu beli celana dalam dan baju tidur” tanya ayahku dengan polos. Aku diam sebentar dan berfikir “Darimana ayahku tahu kalau aku kemarin belanja”. “Kok ayah tahu kalau kemarin aku baru beli baju tidur dan celana dalam?” tanyaku dengan nada menjebak. Ayah ku diam seribu bahasa, dia kaget dan lupa. “Ya udah nih ayah tambahin, sana cepat pergi nanti keburu malam, beli yang banyak dan yang bagus sekalian!” kata ayah sambil memberikan kartu kreditnya. “.
“Wah....terima kasih ayah....sayang...”kataku kegirangan sambil mencium pipi ayahku. (wow aku senang sekali tidak menyangka ayah akan memberikan kartu kreditnya menyuruhku untuk beli celana dalam dan lingerie yang banyak.)Aku langsung pergi ke mall dan beli 2 gaun tidur satin warna krem dan pink model panjang , 2 baju tidur tipis transparan dengan model tali yang mengikat dileher, 2 baju tidur model baby doll seksi, 4 bra, 5 g string satin dengan renda-renda yang seksi sekali, dan 5 celana dalam satin dan transparan. Sampai dirumah aku langsung memberitahu ayahku apa saja yang aku beli, “Lihat ini ayah, ini aku beli banyak sekali ayah suka kan.” “Oh... iya sayang pasti kamu terlihat cantik sekali kalau memakainya.”Rayu ayahku. “Ih..ayah genit...masa Gladys mau memperlihatkan di depan ayah, kan malu.” Ya udah ah Gladys mau mandi, trus mo bobo pake baju tidur baru.” Kataku sambil pergi kekamar untuk bersiap mandi. “Mau ayah bantu pakaikan baju tidurnya tidak sayang..!” ..”Ih Ayah..genit.., gak mau ah ntar kalau ayah nafsu kan bisa bahaya!”Teriaku dari kamar mandi.

Sepertinya ayah mencoba mengintip dan merekamku saat aku sedang mandi, aku tahu karena ada bayangan diluar kamar mandiku. Dan aku pura2 tidak tahu, sambil terus mandi dan mencoba untuk memperlihatkan lebih jelas lekuk-lekuk tubuhku kepada ayahku. “Nikmatilah keindahan tubuh anakmu ini ... ayah” dalam hatiku. Saat aku hendak keluar bayangan itupun langsung hilang, lalu aku kekamar dan bersiap untuk mamakai baju tidurku yang baru model baby doll warna biru muda dengan celana dalam g string biru pula. Aku meihat diriku di cermin dan bergumam “hmmmm ayah lihat anakmu ini..seksi sekali, ayah pasti terangsang melihat anakmu dan baju tidur anakmu ini...ohhh...ayah....aku berdebar sekali..!”
lalu aku keluar kamar untuk pamit tidur pada ayahku sambil berharap bisa menggodanya. “Yah..., Gladys bobo dulu ya udah ngantuk dan cape nih habis belanja tadi, dah ayah...” kataku sambil menutupi payudaraku karena aku tidak memakai bra. “Ya udah, tapi ayah cium dulu dong,” Lalu aku cium pipi ayahku dan mencoba pergi kekamar untuk bobo tetapi ayahku meminta aku untuk menciumnya lagi sambil merayuku, “Loh kok cuma dipipi, bibirnya mana...... anakku yang cantik..dan....” lalu terdiam sambil menelanjangi tubuhku dengan sorotan matanya yang liar. “Dan ... apa kok diem...!” tanyaku penasaran. “Dan tubuhmu sangat seksi sekali..dengan baju tidur itu.” Aku kaget dan merasa cantik sekali menndengar perkataan ayahku itu.

Aku terdiam, aku dekati ayahku yang sedang duduk .... dan diam. “Oh Gladys sayang, maafkan perkataan ayahmu ini, aku sudah lama tidak melihat wanita cantik, aku jadi nafsu dan terangsang melihat kamu, oh sayangku maafkan ayah ya, ayah akan berikan apa saja asal kamu tidak marah dan memaafkan ayahmu ini.”kata ayahku memohon ampun sambil memegang tanganku. Aku diam..., lalu ... duduk di pangkuannya dengan posisi berhadapan lalu aku cium ayahku tepat di bibirnya, bukan hanya kecupan biasa tetapi ciuman ... merangsang! Aku cium ayahku sambil lidahku menyapu langit2 mulutnya, “hmmmmm..ahh...hmmmmmmuuumm” lama...lama sekali kami berciuman seperti sepasang kekasih yang lama tidak bertemu, lalu tiba-tiba tangan ayahku memeluk dan meremas pantatku dan tangan kirinya menjamah payudaraku yang tidak berbra. Aku tersentak dan pergi ke kamar, “Udah ah.., daa ayah..” Aku pergi meninggalkan ayahku terbengong-bengong.
Aku bisa merasakan batang penisnya membesar mengenai memekku. “haha..ha, malam ini ayah pasti merekamku saat sedang tidur sambil mengelus-elus penisnya dengan celana dalam yang aku pakai waktu pergi kuliah.”kata ku dalam hati merasa senang karena jebakan ini berjalan sempurna. Dan benar saja, tidak lama aku masuk kamar ayah berusaha masuk dengan tidak bersuara, tetapi aku sudah menduga dan mengunci pintu kamarku jadi ayah hanya bisa mengintip dari luar saja dan sengaja lampu tidak aku matikan supaya terlihat jelas oleh ayahku. Lalu aku pun tertidur dengan jantung berdebar dan mimpi yang sangat indah.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk bolos kuliah dengan berpura-pura aku akan kuliah, baju yang aku pakai semalam aku taruh paling atas agar ayah mudah melihatnya. ‘Yah, Gladys berangkat ya...,” “Ya...hati-hati ya sayang.”kata ayah sambil mengikutiku sampai ke gerbang, memastikan aku telah pergi jauh, lalu mengendap-endap mengambil baju tidur yang aku pakai semalam. Selang 10 menit, aku balik ke rumah dengan menggunakan kunci cadangan, lalu pergi mencari ayahku. Sepi... sekali, aku lihat dalam kamar mandi, baju tidur yang semalam aku pakai ternyata tidak ada, lalu aku cari ayah dikamarnya ternyata juga tidak ada, lalu ada suara dari dalam kamarku, suara seperti lemari baju terbuka.
Aku coba mendekati kamarku, pintunya tidak tertutup rapat, aku melihat ayahku sedang mengacak-acak lemari pakaian dalamku sambil memegang sebuah bra (bra aku yang hilang 3 hari lalu), lalu menciuminya dan ditangan kanannya sebuah celana dalam satin warna hijau muda dengan renda bungan biru didepannya (celana dalamku juga yg hilang) digosok-gosokkan maju mundur pada penisnya, sambil berteriak kecil “Uhhh...ohhhh hemmmm, Gladys..ohhhh ayah masukin ya penis ayah ke memek kamu sayang..ohhh...” Aku kaget sekali.., tidak menyangka ayahku seperti ini, tetapi selangkanganku berkata lain diam-diam memekku basah. Apalagi penis ayahku, wow besar dan panjang sekali, aku heran kenapa penis seumuran ayahku kok masih bisa besar seperti itu. Kakiku lemas sekali, lalu aku coba kagetkan ayahku dengan berdehem “ hek ..em.., ohhh jadi itu kenapa celana dalam ku banyak yg hilang dan banyak yg benoda dan berbau sperma.” Kataku pedas pada ayahku.
Ayahku kaget sekali karena putrinya ternyata berpura-pura berangkat kuliah untuk menjebak ayahnya. “oh Gladys...hmm maaf sayang..., maaf kan ayah sayang, huhuu...(sambil menangis) ayah salah.. maafkan ayah, ayah kalau melihat kamu..tubuh kamu yang indah dengan pakaian-pakaian seksi ini jadi terangsang sekali. Kamu punya pakaian dalam seksi sekali. “oh Gladys maaf kan ayah.”kata ayahku sambil beranjak keluar kamar menuju kamarnya.

Aku terdiam, merasa cantik dengan kata-kata ayahku, “hmmm jebakanku berhasil, sekarang selanjutnya!” Selang 5 menit, aku menuju kamar ayahku aku ketok pintunya .. Tok..Tok..Tok “Ayah.., boleh Gladys masuk.” “Ya masuklah”Ayahku menyuruhku masuk. Aku duduk bersama ayahku di tepi ranjang. Dan ku kecup pipi ayahku dan berkata “Yah..., ayah boleh kok pinjem semua baju dan pakaian dalam Gladys, ayah juga boleh kok gosok-gosok penisnya ayah dan ninggalin spermanya ke celana dalam Gladys...!”kataku. Ayahku bengong mendengar aku berbicara seperti itu, “hah, bener tidak apa-apa sayang.” “Iya,..”kataku sambil memeluk ayahku. “kalau Gladys emang suka...ayah....berikan sayang...”kata ayahku sambil mencium dan merabaku. “Ih ayah..., kan Gladys malu kalau bilang langsung sama ayah, lagian kan takut ayah nanti marah.”kataku sambil membiarkan tangan ayahku meremas payudaraku. “Ahhh! Ayah genit ah..!” “Hmmm sini cium ayah dong sayang..mmmuuuahhh”.

Lalu aku berdiri dan berkata “ayah,... Yuk kita kekamar Gladys aja.”kataku sambil menggandeng ayahku. Sampai dikamar, aku ambil lingerie model atasan terpisah, jadi atasnya model tank top sedangkan bawahnya model rok lipit pendek diatas dengkul. Ohh.., ayah mau lihat kamu pake lingerie itu sayang. “Tapi ayah tunggu disini yah, Gladys mau ganti di kamar mandi dulu”. “Oke deh, mau ngasih kejutan yah”kata ayah. Lalu aku pun beranjak ke kamar mandi untuk ganti baju.

Sekitar 10 menit, aku pun keluar dengan hanya memakai lingerie dan bagian bawahnya hanya memakai g string yg bagian memeknya terbuka. Ayahku menyambutku dengan mencium, memeluk dan meraba dada dan memekku. “Ohhhhh...sshhhhhhh ayahhhh....shhhhh ...mmmmpppppm..” “Ohhh......, memek Gladys di apain sih...ssshhhhhh, enak banget”jari-jari ayahku keluar masuk di memekku, membuat aku serasa terbang, sudah lama aku tidak merasakan nikmat seperti ini. Payudaraku tidak luput dari hisapannya, “ssslluurrrrppppp....ah..., payudaramu besar sekali ya dan enak rasanya..., ayah suka sekali...beda dengan ibumu.” Kata ayah memuji. Memang payudara ibuku tidak sebesar aku, tidak tahu aku mirip dengan siapa. “Ayah..., ssssshhhhhhh udah ahhhhhh ... Gladys gak kuat lagi nih....!”kataku dengan tubuh yg sudah tidak sanggup lagi menahan rangsangan-rangsangan yang diberikan ayahku. “Nanti dong sayang, ayah masih belum puas nih menikmati tubuhmu, memek kamu saja belum ayah apa-apain.”kata ayahku dengan penis yg mengacung keluar dari celana pendek yg dipakainya, “tenang saja ya sayang, nanti pasti nikmatnya luar biasa sekali.” Kata ayah sambil memberikan penisnya untuk aku hisap, “Hisap sayang, kamu bersihkan dulu penis ayah ini, “Kamu suka kan melihat penis ayah ini”.
Memang aku terangsang sekali melihat ayahku dengan penisnya yang sudah mengacung tegak dan aku sendiri lebih gila karena bersetubuh dengan ayahku...ayah kandungku sendiri tetapi sebenarnya aku sedikit kasihan juga dengan ayah karena telah dikhianati oleh istrinya sendiri.
Aku menghisap penis ayahku lama sekali, “hemmmmmmmm .....slurrppppp.... ahhhh... shhhhhh, ayah kok kuat sekali sih.... hmmmmm ahhhhh”kataku sambil terus memberikan kocokan dan hisapan. “Ahhhhhh oke sayang....kita lanjut ke adegan selanjutnya ya..”kata ayahku sambil merebahkanku di kasur. “Coba kamu lebarkan kaki kamu sayang..., ayah mau periksa memek kamu, sudah berapa penis yg pernah mencicip memekmu ini.”kata ayah sambil membuka memek aku. “Ahhhhh...shhhhh ayahhhhh...... kan baru punya doni saja (pacar aku baru berhubungan 3 bulan), itu juga baru 2 kali aku main dengan doni...ahhhh, ayo dong ayahhhh...shhhh jangan Cuma diliatin aja.”
Punya ayah sama punya Doni besaran mana?”kata ayahku sambil memasukan jari tengah ke dalam memekku. “hmmmmmmm.....ahhhhh ayyaahhhhh ahhhhh...shhhhhhh udahhhh dooonggg mainin memek Gladys...”kataku tidak kuat lagi. “Ayo jawab dulu dong, besaran mana punya ayah atau punya Doni, nanti ayah kasih hadiah istimewa, ayo jawab...”kata ayahku melebarkan memekku dengan kedua ujung jempolnya dan menjilati isi dan cairan memekku. “ohhhhh ...shhhh enak banget ayah...,shhhhh punya ayah lebih besar....”. “Apa....ayah tidak dengarrr...”kata ayahku menggodaku. “Ahhhhhhh...shhhhhh PENIS AYAH LEBIH BESARRRR.....”teriakku. “Ih Gladys....kamu sudah bisa ngomong jorok yah, nanti ayah entot kamu..hah...kamu mau ayah entot...hah...mau ayah sodok memek kamu pake penis ayah..hah”kata ayah dengan nada membentak dan menghisap dalam-dalam liang memekku. “ahhhhhh.........mauuuuuu ayahhhhh....shhhhhhh tolong entot Gladys...,ayahh.....!”.
Ayah lalu menempelkan ujung penisnya ke bibir memekku, sambil menggesek-gesekkan dan melebarkan memekku. Aku pun pasrah menanti kenikmatan yg akan diberikan oleh ayah kandungku, “ohhhhh...shhh ayah....hhh hufffffff....besar banget sihh yah....., memek Gladys muat tidak nih....shhhh”berdebar jantungku karena besarnya penis ayahku hendak masuk kedalam liang memekku. “ahhhhhhhhhhh...........shhhhhhh sakit ayahhhh.....shhhhhh.....ohhhhh enak banget.......ohhhhhhh.....terus masukin ayahhhh yg dalammm...hmmmmmmmm!”kataku merem melek menikmati genjotan ayahku, memekku sedikit sakit karena besarnya penis ayahku yg memaksa masuk kedalam liang memekku. “Ohhhh....memek mu ini sempit sekali sih sayang..., pasti kamu akan lupa dengan pacarmu itu,”kata ayahku mempercepat gerakannya dan meremas payudaraku kiri kanan. “Ohhhh hmmmmm..... iyaaa ayahhh, tubuh Gladys akan sepenuhnya milik ayah........ohhhhh.....!”aku melengguh panjang ini pertanda orgasmeku yg pertama...(gila...sama doni biasanya aku hanya sampai ini saja .., tetapi sama ayahku ....aku bisa merasakan nikmatnya luar biasa dan ingin selamanya seperti ini). “ohhhhh....ayahhhh terus ayahhh...nikmatilah tubuh anakmu ini ayahhh sayang...!”.
Tiba-tiba ayahku merubah posisi, “Gladys, coba kamu nungging...” (Ohh...mau diapakan aku ini)”baik yah.., Gladys mau di apain sih?”tanyaku penasaran. “Ayah mau ngasih kamu hadiah karena tadikan kamu sudah jawab pertanyaan ayah, tetapi kamu tahan sebentar ya...pokoknya tenang aja oke”. Aku penasaran apa yg ayah lakukan, tiba-tiba aku merasa ada benda lunak yg basah menempel di lubang vaginaku, dan vaginaku tiba-tiba terasa terbuka..ohh jangan-jangan.....dan benar saja ayahku sedang menjilati lubang vaginaku dan membuka lubangku dengan kedua jarinya....”Ohhhh ayahhhhhhh shhhh mau diapain Gladys.....,terus ayahh.....ohhhhhh”,tiba-tiba ayahku memasukkan satu jarinya kedalam vaginaku...”ohhhhh shhhhhh Gladys mau....hmmmmmmmmmmmm ooohhhhhhhhh,”. Ayahku lalu memasukkan penisnya yg besar kedalam lubang vaginaku dari belakang (rupanya ini yg dinamakan doggy style) dan memompanya dengan liar. “Ohhhh..shhhhhhhhhh”. Creett...pokk..pokkkk...pokkkkkk, bunyi pantatku beradu dengan tubuh ayahku. (Ohhh....hmmm enak sekali rasanya...nikmatt juga.....bercinta dengan posisi ini). “ohhhhhh ayah nikmat.....ayah ......!”
“Kamu suka sayang...,”kata ayahku sambil menciumku dan meremas-remas payudaraku. “he’he sih..... enak banget...., ” Kurang lebih 30 menit kami bercinta, hingga ayahku tiba pada waktunya untuk menyiram liangku dengan spermanya. "Dis, ayah mau keluar nih.., ayah keluarin di dalam ya!” “Iya yah.., banjirin memek Gladys yah!” “Ohhhhhhhnhhhhh.....nikmat sekali....!”lengguh ayahku menandakan spermanya sudah keluar. “ohhhh hangat sekali.....hmmmmmmmm terus yah.......!”kataku. Dan ayah mencabut penisnya dan menyodorkannya ke wajahku, aku langsung mengulumnya, banyak sekali sperma ayahku sampai banjir membasahi tetekku dan baju tidurku. “Ahhh enak kan sayang ayah entotin kamu”kata ayahku mengagumi anak perempuannya yg basah karena keringat.

Malam itu pun kami lalui dengan indah dan hubungan aku dan ayahku semakin jauh dan mesra.

Tamat
Baca selengkapnya »»

06.33

Keponakanku Pemuas Nafsu Sex-ku

Diposting oleh Miss Horny |

Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.

Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku yang masih kecil. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasannya. Tommy keponakanku yang baru masuk kuliah kebetulan singgah dan sementara tinggal dirumah kami. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.

Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan 2 anakku sudah pergi, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, keponakanku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. keponakanku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai Tantenya.

Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan keponakanku itu.
“Kamu mau bantuin Tante...., Tommy!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang sudah tegang.
Tommy tersenyum, “Tante tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Tante..”
Aku terperangah mendengar omongannya. "O iya.... malam ini Tante milik kamu Tom..." bisikku manja ditelinganya sambil menggigit telinganya dengan bibirku.
“Dan sering kalo Tante tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante.”
Aku tak percaya mendengar perkataan keponakanku ini.
“Dan kini dengan senang hati Tommy akan entot Tante sampai Tante puas!”.

Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. "Ssshhh....Emhm....." Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. "Oh...Tom...sudah lama Tante ingin merasakan ini....." Aku langsung pasrah diperlakukan keponakanku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang sudah mengeras, kembali dihisap nya dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy. Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan keponakanku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.

Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang kemaluanku. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina ku, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Tommy tak peduli, keponakanku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Tante kulum punyamu itu sebentar.” Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis keponakanku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.

“Sekarang kau boleh entotin Tante, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Tommy hanya mengangguk. Penisnya segera dibimbing menuju lubang kemaluan ku. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Tomm!” aku mendesah saat penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. "Ouch...Tom.....terus Tom.....nikmat......Puasin Tante Tom..." Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Tommy seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari doggy style sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru "suami' yang perkasa.

Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. "Shsh....ah....Tante....terus...." Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. "Ouch....Tommy keluar Tante...Ooooohhhhhhhh" Tommy melenguh panjang dan memeluk tubuh telanjangku dengan erat, saat itu pula air mani keponakanku itu membasahi kemaluanku dan masuk ke rahimku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya "Ouch...Tom....Tante juga keluar lagi....aaaaaaaaaaaaahhhhhh......". Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat anakku pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari keponakanku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.

TAMAT

Baca selengkapnya »»

Sejak aku melakukan hubungan sexual yang pertama kali dengan Oom Pram, bapak kostku, aku tidak yakin apakah selaput daraku sobek atau tidak. Karena pada saat itu aku tidak merasakan sakit dan tidak mengeluarkan darah. Yang jelas sejak saat itu sex menjadi kebutuhan biologisku. Repotnya aku tidak dapat memenuhi kebutuhan biologisku ini kepada pacarku yang sebangku kuliah, dia sangat alim dan selalu membatasi diri dalam berpacaran.

Akhirnya aku semakin terjerat dengan bapak kostku yang mempunyai perbedaan umur 25 tahun (dia berumur 46 tahun). Kami melakukan selalu pada siang hari, yaitu pada saat istrinya sedang berada di kantor, dan semua teman kostku sedang kuliah. Sudah enam bulan berlalu, tanpa satu orang pun yang tahu, hanya barangkali pembantu rumah tangga yang mencium sesuatu diantara kami berdua.

Oom Pram pandai memainkan sandiwara dalam pergaulan sehari-hari di rumah. Dia memperlakukanku secara wajar, dihadapan rekan kostku yang lain maupun dihadapan istrinya. Jika tidak ada kuliah dan rumah kosong (kecuali pembantu), aku hampir selalu memuaskan hasratku. Dan untuk keamanan, aku selalu mempunyai stock kondom di lemariku yang selalu terkunci (walaupun pembelian kondom ini selalu menjadi masalah tersendiri bagiku, karena aku masih malu untuk membeli alat kontrasepsi tersebut).

Nani (bukan nama sebenarnya) adalah teman karibku yang tinggal sekamar denganku yang saat ini entah berada dimana, karena sejak kami lulus sarjana 15 tahun yang lalu, kami tidak pernah berhubungan lagi, dan mudah mudahan membaca cerita ini sekaligus sebagai nostalgia bersama.

Pada suatu hari Nani pulang dari kuliah. Seperti biasanya tanpa ketuk pintu dia langsung masuk ke kamar. Ketika itu aku terbangun dari tidurku. Nani langsung mencopot sepatu dan mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan t-shirt yang ketat. Dia memang tampak sexy dengan pakaian itu, buah dadanya tampak membusung, ditambah wajahnya yang cantik, aku yakin banyak pria yang menyukainya.

Dia tiba-tiba mengambil sesuatu dari pinggir bantal yang kupakai, aku terkesiap ketika mataku melirik barang yang baru diambilnya. Jantungku hampir copot rasanya.
"Lin, ini punya siapa..?" matanya melotot, mulutnya terbuka penuh kekagetan.
Aku tidak dapat menjawab, aku masih mencoba menenangkan hatiku. Di ujung jarinya masih dipegangnya kondom bekas pakai yang ujungnya masih berisi cairan putih.

Memang ini kecerobohanku, biasanya sehabis melakukannya selalu kubungkus tissu dan kusimpan di tas atau lemari. Tapi kali ini aku ketiduran sehingga lupa mengamankan benda berharga itu.
"Dengan pacarmu..?"
Aku hampir mengangguk, tetapi mulutku berbicara lain, "Oom Pram.." jawabku pendek.
"Oh.., hebat sekali kamu, ceritain dong, aku pikir kamu alim, sungguh mati aku nggak nyangka kalau kamu juga udah pinter. Kamu curang, aku selalu jujur dan cerita apa adanya sama kamu. Eh nggak taunya pengalamanmu lebih hebat dariku." Nani terus menerocos sambil merebahkan tubuhnya di sampingku.

"Sudah berapa kali kamu sama Oom Pram..?"
Aku memaklumi protes dan rasa penasarannya, karena Nani selama ini selalu terbuka denganku. Dia selalu menceritakan hubungan sex-nya dengan pacarnya sedetil-detilnya , dari ukuran penis sampai posisi pada saat melakukannya. Sedangkan aku sama sekali tidak pernah menceritakannya karena rasa malu, karena kulakukan justru tidak dengan pacarku tetapi dengan laki-laki yang seumur dengan pamanku.

Sejak saat itulah aku mulai menceritakan aktifitas sexual kami kepadanya, aku ceritakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa rasa sakit dan tanpa darah, bagaimana Oom Pram mengajariku dan membimbingku dengan penuh kesabaran . Dan kuceritakan pula bagaimana induk semangku itu begitu perkasanya di atas ranjang, bahkan beberapa kali aku mengalami orgasme lebih dari satu kali. Pernah suatu kali aku ceritakan pengalaman yang tidak kulupakan hingga sekarang (kini aku sudah mempunyai dua orang anak yang sudah besar-besar), yaitu ketika kami hanya berdua, aku dan Oom Pram bercinta di atas sofa ruang tamu. Sungguh pengalaman yang fantastis.

Dia duduk bersandar ke sofa, sedangkan aku dalam posisi duduk atau lebih tepatnya jongkok di pangkuannya menghadap ke arahnya, kelamin kami menjadi satu, saling mengisi, saling menggesek dan menekan, menjepit dan menggoyang. Dan hubungan intim kami akhiri dengan rintihan panjangku di pojok karpet di bawah meja tamu. Sungguh pengalaman yang sangat hebat. Sampai kini pun aku selalu mengkhayalkannya dan mengimpikannya.

Hingga suatu saat Nani mengusulkan seuatu yang membuatku termenung. Memang pada awalnya usulannya masih bersifat gurauan, tetapi akhir-akhir ini ia semakin mendesakkan kemauannya. Bahkan sambil bergurau ia mengancam akan membeberkan kisahku ini ke pacarku. Aku butuh waktu seminggu untuk menimbangnya, aku belum rela untuk berbagi cinta dengan kawanku ini, tetapi lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani selalu membujuk dan mengkhayalkan keindahannya bagaimana kalau kami melakukan hubungan sex bertiga. Dan akhirnya aku pun menyetujuinya.

Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, Oom Pram tidak keberatan dengan gagasan ini. Dan dipilihnya waktu yang paling tepat, yaitu ketika istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah. Dan tempat yang telah disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku. Kamarnya ada di rumah induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang disediakan untuk indekost.

Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk kamar masing-masing. Aku pun masuk ke kamar Oom Pram tanpa satu orang pun yang melihat. Oom Pram yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar menyambutku dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, sebuah kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak kalah dengan sweet room di hotel berbintang lima. Inilah pertama kali aku melihat kamarnya, diam-diam kukagumi taste istrinya dalam menata kamar yang begitu indah dan mengagumkan.

Tidak berapa lama kemudian Nani datang menyusul, terlihat kecanggungannya, hilang sifat lincahnya. Kubimbing dia ke arah Oom Pram. Oom Pram memeluk Nani dan mencium pipinya. Kecanggungan dicairkan oleh Oom Pram dengan obrolan ringan dan gurauan kecil. Karena kulihat baik Oom Pram maupun Nani masih sungkan untuk melakukannya, maka aku pun berinisiatif untuk memulainya.

Kubimbing Oom Pram ke tempat tidurnya yang sangat luas, kucumbu dan kucium dia. Kami berciuman, saling mengelus cukup lama dan birahiku mulai naik ketika tangannya meremas dengan lembut buah dadaku. Kulihat Nani masih duduk pasif di ujung tempat tidur memperhatikan kami. Kulepas pelukanku dan kutarik tangan Nani ke arah kami, dan ia segera masuk ke dalam rengkuhan Oom Pram.

Walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku untuk memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom Pram. Nani terlihat sangat bernafsu, apalagi ketika buah dadanya yang sexy diremas-remas oleh Oom Pram. Tubuhnya menindih tubuh Oom Pram dengan posisi miring memberi kesempatan buah dada kirinya untuk diremas, dua belah pahanya menjepit paha kanan Oom Pram, bahkan dari gerakan pinggulnya aku yakin Nani sedang menggesekkan selangkangannya di paha Oom Pram.

Kuhampiri Nani, kubuka resleting di punggungnya, ia menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku melepas pakaiannya, dan dalam sekejab dia sudah telanjang bulat, seperti diriku dia juga tidak mengenakan BH maupun CD. Tubuhnya memang indah dan aku selalu mengagumi tubuhnya itu, karena sebagai teman sekamar, aku sudah terbiasa melihat kepolosannya itu. Hanya ada satu hal yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya tampak sedikit membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat.

Oom Pram segera meraih kedua buah dadanya untuk mencium sekaligus meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan seluruh tubuhnya dinikmati oleh Oom Pram. Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal paha Oom Pram yang masih terbungkus piyama. Aku sebenarnya sangat terangsang dengan adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa busana, dan percintaan mereka makin seru dimana dalam posisi tidur telentang di tengah tempat tidur yang harum dan mewah. Oom Pram mempermainkan kelamin Nani dengan lidah dan bibirnya, sedangkan Nani setengah jongkok di kepala Oom Pram merintih-rintih keenakan sambil menunduk melihat kemaluannya yang sudah makin membengkak.

Kulepas pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku sudah terasa basah. Kudekati penis Oom Pram yang tegak berdiri dengan kepala yang mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah pemandangan yang bagiku sangat indah. Kugenggam batang penisnya, kadang kukecup ujung penisnya. Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak berani memainkannya seperti yang disukainya. Aku tidak menelusuri otot batangnya dengan lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin ketika aku masih kanak-kanak. Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih panjang. Kali ini dia akan bercinta dengan dua orang wanita muda yang sedang haus-hausnya. Aku takut dia akan "selesai" sebelum waktunya.

Ketika Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat makin tidak terkendali, Oom Pram segera mengakhiri permainan. Dia bangkit dan membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan kirinya. Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya merangkulku dan mengelus pungggungku. Kunikmati permainan lidahnya, kadang lidahnya menjalar dalam mulutku, kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan tangan Nani ketika dari posisinya dia mejulurkan tangan untuk ikut meremas buah dadaku, karena menambah kenikmatan yang kurasakan. Bahkan ketika dia bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku yang sudah basah, aku malah merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Aku sama sekali tidak merasa risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia melakukan lebih dari mengelus klitorisku. Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang melakukannya. Tapi itu tidak dilakukannya.

Oom Pram bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi. Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar, sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Pram yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.

Oom Pram masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah bosan memandang, entah sudah berapa kali aku menjamah dan menikmati tubuh lelaki itu. Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli ini berlama-lama, kuraih penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang merah menyala. Nani sedikit mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan Oom Pram mulai masuk ke vaginanya, mulutnya mendesis lembut. Jika sedang bercinta denganku, Oom Pram selalu memulai dengan tidak memasukkan penuh, tetapi hanya kepalanya saja, kemudian menancapkan berkali-kali ke arah atas di belakang klitoris, memutar dan menggoyangnya.

Demikian juga yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu membuat Nani makin mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri. Lututnya terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya diangkat mencoba menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu gagal. Aku tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada Nina yang bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku mengelus-elus klitoris Nani yang tidak lagi mendesis tetapi sudah merintih-rintih.
"Oom... masukkan yang dalam.., sampai habis..!" ia menghiba sambil tangannya menekan pantat Oom Pram.
Dan dia merintih panjang ketika penis Oom Pram menancap makin dalam sampai ke pangkalnya.

Kulihat di depan mataku sepasang manusia sedang malakukan persetubuhan, sang wanita sambil mendekap pasangannya, mulutnya merintih dan mendesis. Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan pinggulnya ke atas ke bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari mulutnya. Sesekali sang lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong kepadaku. Aku mundur ketika Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom Pram dengan kencang, pinggul diangkat ke atas seakan ingin menyatu dengan lawan mainnya, dagunya mendongak disertai lenguhan panjang, "Aaahhh..."

Detik-detik indah Nani telah lewat, beberapa saat Oom Pram masih menindih di atas tubuhnya, dibelainya rambutnya dan dicium lembut bibirnya. Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat, aku sangat terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar beberapa menit untuk memberi kesempatan Oom Pram mengambil nafas. Walaupun aku tahu pasti bahwa dia belum berejakulasi.

Aku segera turun dari tempat tidur, kuambil tissue dan kondomku, kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah kuyup oleh lendir Nani. Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya. Beda dengan Nani yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih menyukai pil KB yang diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan pacarnya.

Kulihat Oom Pram sambil telentang memperhatikan apa yang sedang kulakukan, mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah bersarung itu kukulum dan kusedot. Dalam nafsuku yang puncak itu, aku merasakan tidak perlu lagi pemanasan, aku segera memposisikan diri jongkok di atasnya, kamaluan kami sudah berhadapan nyaris menyentuh. Aku masih sempat bermain di luar sebentar, sebelum semuanya kumasukkan sampai ke dasar dinding rahimku. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya, kuhisap mulutnya.

Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram penisnya. Bersamaan dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas sampai ke leher kemaluannya. Kemudian dengan cara yang sama kulakukan dengan arah ke bawah, dan kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan meremas bokongku, pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama yang sudah sangat harmonis. Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga kini). Buah dadaku terhimpit di dadanya, perutku menggeser-geser perutnya dan desis kenikmatan kami semakin menyatu.

Kurasakan gesekan otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku, rasanya enak sekali, kepala penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding rahimku makin menambah kenikmatan yang kualami. Bagian dalam vaginaku berkedut makin dalam. Aku melenguh panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera mengerti untuk menghentikan kocokannya. Sementara aku juga menghentikan gerakanku dan meikmati kedutan yang merambah jaringan kemaluanku. Aku mengalami orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai, baru lima belas menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali. Mungkin karena aku menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi.

Aku masih menumpuk di atas tubuh Oom Pram, kemaluannya masih terjepit dalam sekali di dalam kelaminku yang masih menjalar rasa nikmat.
"Oom.., enak sekali. Aku pengen lama. Lamaaaa sekali..!" kucium pipinya dan kudekap tubuhnya.
Dan ketika dia mulai mengocokku dengan ringan dari bawah, segera kutepuk kembali pundaknya, "Aaaah, jangan dulu Oom.., Lani belum turun.."
Kurebahkan kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya yang kekar, kuluruskan kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi ini aku merasa menjadi satu dengannya. Kemaluannya masih tetap di dalam tubuhku.

Wajahku berhadapan dengan wajah Nani yang sejak tadi menonton pertunjukan kami, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri, sedangakan tangan kanannya menggosok-gosok klitorisnya. Nani sudah mulai bangkit lagi nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya. Menit berikutnya Oom Pram sudah menggulingkan tubuhku ke samping tanpa melepaskan kesatuan kami. Dan dalam sekejap tubuh yang mengkilat oleh keringat sudah dihadapanku dengan posisi push up, kedua tangannya berada di samping tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat. Penisnya sangat besar dan keras masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.

Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar pahaku, karena aku tahu bahwa Oom Pram akan segera mengaduk-aduk isi kelaminku dengan alatnya itu. Aku sudah siap untuk dipuasinya, dan aku pun siap untuk memberikan peyananku. Dia mulai menarik pelan-pelan penisnya, kuimbangi dengan remasan otot vagina, kurasakan nyeri kenikmatan dari bawah tulang kemaluanku. Aaahhh.., aku mulai mendesis, kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan dan kusedot habis kemaluannya, aku merintih tidak tahan, Oom Pram mendesis.

Aku dipompa dengan putaran ke kanan kadang ke kiri, kadang diulir kadang ditancap lurus ke bawah. Rasa geli dan desiran nikmat makin merambat di seluruh kemaluanku. Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit pinggangnya, pinggulku selalu melekat erat dengan pinggulnya. Pangkal kemaluan kami saling melekat, klitorisku bergetar hebat. Oom Pram mendekapku erat, diciumnya bibirku, nafasnya sudah memburu, kocokan penisnya menghujam dengan kencang dan dalam, bersamaan dengan itu kedutan dahsat dalam lubang kemaluanku. Dia telah memancarkan spermanya.

Bersamaan dengan itu kulepas pula keteganganku. Kutahan jeritan kenikmatanku.
"Oom Pram.., oh..."
Aku tergolek lemah di samping Nani yang sedang menuju klimaks dalam mansturbasinya. Malam yang indah yang sampai kini pun aku sering melamunkannya.
Baca selengkapnya »»

07.52

Oomku menyetubuhiku

Diposting oleh Miss Horny |

Namaku Yessi, Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari Oomku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 1 SMA, aku tinggal di Tangerang. Oomku itu bernama Bayu. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti papaku sendiri. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih tua dari aku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 34 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan sedikit bungkuk.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Keluar kota karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena aku dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu belum menikah, dia seorang karyawan perusahaan swasta. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah pulang kerja Om Bayu santai. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli.

Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, "Yessi... bantuin Oom ya praktek dokter.., sekalian Yessi, Om periksa beneran, mumpung gratis".

Memang Om Bayu pernah kuliah di farmasi, namun putus di tengah jalan karena kesulitan biaya kuliah.

"Ayoo...", sambutku dengan polos tanpa curiga.

Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

"Nah Yessi, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang".

Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.

"Baik Om", kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.

Namun Om Bayu bilang, "Lho... Bra-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya".

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka Bra-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

"Wah... kamu memang benar-benar cantik Yess...", kata Om Bayu.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

"Waah... kulit kamu halus ya, Yess... kamu pasti rajin merawatnya", katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang dan terlena oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih... baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira... yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Om Bayu bergerak ke arah kakiku.

"Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah...", katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba tangan Om Bayu masuk kedalam rok miniku sambil disingkapnya rok mini keatas dan menyentuh Memekku lalu meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku kaget setengah mati.

"Ih... Om kok celana dalam Yessi dibuka...?", kataku dengan gugup.

"Lho... kan mau diperiksa.. pokoknya Yessi tenang aja...", katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap Memekku yang masih mungil dan polos seperti anak bayi. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii... aku jadi merinding rasanya.

"Ooomm...", suaraku lirih.

"Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat...", katanya sambil tersenyum.

Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari tengahnya Om Bayu menggelus-elus bibir Memekku dari bawah ke atas.

"Aahh... Oooomm...", jeritku lirih.

"Sssstt... hmm... nikmat.. kan...?", katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggelus memekku dengan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.

"Ssstthh... aahh... Ooomm... aahh...", eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Memekku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii... rasanya jadi makin geli... apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh... gila... tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di depan Memekku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir Memekku.

"Aaa... Ooomm...!", aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat Memekku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir Memekku, lalu lidahnya masuk ke dalam lubang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding Memekku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari Memekku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan Hasrat yang bergelora. Aku hanya bisa mendesah-desah tidak karuan.

"Aahh... Ooomm... jaangan... jaBayunn... teeerruskaan... ituu... aa... aaku... nndaak... maauu.. geellii... stooopp... nga tahaann... aahh!".

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Memekku sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin bergairah, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot Memekku. Cairan lendir Memekku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di Memekku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir Memekku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar itil/clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya itil/clitorisku.

"Aahh...", tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pinggulku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati itil/clitorisku sambil dihisap-hisapnya.

"Aa... Ooomm... aauuhh... aahh… !", desahku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam Memekku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot itil/clitorisku dengan kuatnya.

"Ooomm... aaah… !", tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan kental dari Memekku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya Memekku, dihisapnya seluruh cairan yang kental itu yang keluar dari Memekku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.

Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai Celana Dalam saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh Celana Dalamnya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menurunkan Celana Dalamnya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan Celana Dalamnya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 17 cm dengan lingkaran sebesar 3 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut TITIT laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan Tititnya itu.

Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang Tititnya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala Tititnya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu.

Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, Tititnya tepat berhadapan dengan Memekku yang telah terkangkang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang Tititnya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala Tititnya pada bibir Memekku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala Tititnya yang besar itu mulai dielus-elus di sepanjang alur bibir Memekku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa terlena dan Memekku terasa mulai mengembung montok. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.

"Gimana Yess... nikmat kan...?", bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang Tititnya sambil dielus-elus di bibir Memekku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan Titit yang besar menyentuh bibir Memekku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Titit Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala Tititnya mulai ditekan masuk ke dalam lubang Memekku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya Tititnya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan Tititnya itu ditempelkan di bibir Memekku.

Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan Tititnya itu ditekan-tekan ke dalam lubang kewanitaanku, sampai kepala Tititnya sedikit masuk ke bibir dan lubang Memekku. Memekku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala Titit Om Bayu ini masuk ke dalam lubang Memekku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan Tititnya ke dalam Memekku seperti apa yang dikatakan olehnya. Hujaman Titit Om Bayu ini membuat Memekku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala Titit Om Bayu sudah berada di dalam lubang kewanitaanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala Tititnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat dan geli bercampur jadi satu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat Memekku serasa penuh dan besar.

Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong Tititnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan akupun menjerit karena terasa sampai pada bagian dalam Memekku oleh Titit Om Bayu yang terasa membelah Memekku.

"Aadduuhh... saakkiiitt... Ooomm... sttooopp… sttooopp... jaangaan... diterusin", aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja.

Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan Titit Om Bayu ke dalam liang Memekku. Tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya Titit Om Bayu lebih dalam ke liang Memekku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan Tititnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.

"Om... kenapa dimasukkan semua… kan... janjinya hanya digosok-gosok saja?", kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.

Aku merasakan Titit Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam Memekku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya Titit Om Bayu tersebut. Waktu Aku mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga Tititnya memompa Memekku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, "Ssshh... ssshh... ooohh... ooohh…" "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang begitu nikmat dan siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari Memekku, menghantarkan rasa nikmat yang luar biasa yang belum pernah aku rasa menjalar ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.

Melihat keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan gairahnya dia mengoyangkan pinggulnya maju-mundur menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang Tititnya terbenam dalam Memekku. Aku hanya bisa menggeliat keenakan karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa itil/clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang Tititnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan rasa nikmat dan geli yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan Memekku berdenyut-denyut dan menghisap kuat Titit Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan.

"Ooohh... Yossss... Yosssiiii... aakkuu... maau... keluar!.. Ooohh... aahh... hhmm... ooouuhh!".

Tiba-tiba tubuh Om Bayu menggejang kaku dan kemudian… cret... crett... crett… air mani/spermanya keluar tepat di dalam Memekku. Tangannya dengan lembut mengelus-elus pahaku.

"Aahh...", Om Bayu mendesah panjang dan kemudian menarik napas lega.

Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.

"Terima kasih sayang...", bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat terlena terlelap di pelukan Om Bayu.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks Om Bayu.
Baca selengkapnya »»

Blog Widget by LinkWithin
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe