05.38

Pertama dengan Ayahku

Diposting oleh Miss Horny |

"Cinta pertama seorang gadis adalah kepada ayahnya," terdengar pidato sang penasehat pelan.
"Dia memandang ke wajahnya dan ketika tubuhnya mulai membentuk dari seorang gadis menjadi wanita, ayahnya adalah orang pertama yang membuatnya bergairah," katanya kemudian."Kalian adalah ayah dan anak gadismu yang khusus datang kemari untuk minta nasehat masalah ini."

Kami bertemu disuatu ruang pertemuan hotel mewah di kota tempat kami tinggal. Ayahku di berada sini. Demikian juga gadis-gadis lain bersama ayah mereka. Kami semua berjumlah hampir selusin. Sebagian gadis tampak lebih muda dari aku, sedang lainnya sedikit lebih tua. Aku melihat ke arah mereka dan mempelajari ayah mereka. Sebagian dari ayah mereka tampak cukup tampan, tapi tidak ada yang seganteng ayahku. Aku benar-benar bangga dan sangat mencintainya.

Para pelayan membereskan meja setelah selesai jamuan makan malam yang mewah di ruang makan khusus. Kami duduk satu meja berdua dengan lilin dan lampu cristal. Suara kecapi yang lembut dan merdu terdengar dari sudut ruangan, tapi saat ini semua orang telah keluar kecuali para gadis yang masih tinggal. Ayahku bersama ayah mereka keluar bersama sang penasehat. Ayahku memberiku kesempatan minum anggur, meskipun sebenarnya aku belum cukup dewasa. Di satu sisi aku merasakan kehangatan dan relax, tapi aku juga mendengar detak jantungku berdebar seperti gendang besar.

Kamu tahu, ini adalah saat pertamaku. Aku masih perawan. Aku tahu tentang sex. Aku pernah berciuman dan melakukan kencan. Sangat menggairahkan ketika seorang pemuda menyentuh buah dadaku; putingku menjadi keras dan mencuat, tapi aku tidak membiarkan mereka melakukan lebih jauh.

Aku pernah orgasme! Kerry, teman baikku, dan aku tiduran bersama. Dia menunjukkan kepadaku bagaimana jari-jari tangannya mengosok-gosok bagian tubuhnya sampai dia orgasme. Itu benar-benar kelihatan menyenangkan, kemudian aku mencobanya. Wow! Sejak itu aku telah mendapatkannya.

Sang penasehat masih bercakap-cakap dengan kami.

"Bapak-bapak, malam ini ketika kalian membawa putri kalian ke kamar, ingat betapa pentingnya malam ini dan hubungan ini adalah untuk putri kalian. Bercintalah untuknya dengan penuh perasaan. Bantulah putri kalian untuk menyadari kejiwaannya dan menghadiahkannya kepada dua tubuh yang saling bersatu dan mengekpresikannya dalam bentuk hubungan sexual."
"Tunjukan kepada putri anda perasaan dimana seorang wanita akan berbahagia ketika memberikan dirinya kepada seorang laki-laki. Ajari dia tentang keajaiban yang ada pada tubuhnya dan bagaimana membawanya kedepan. Tunjukan kepadanya paduan antara kekuatan dan kelembutan, bagaimana gairah seorang wanita yang menyatakan cintanya."

Sang penasehat bernama Andy. Dia dari suatu perkumpulan rahasia yang mengorganisir pertemuan malam seperti ini untuk keluarga-keluarga yang menginginkan saat pertama anak gadisnya bersama mereka, dari pada membiarkannya diambil pemuda tidak bertanggung jawab di kursi jok belakang mobil. Ibu dan anak laki-lakinya juga makan malam bersama; kupikir kakakku juga hadir disana bersama ibuku.

Andy menyambut kami ketika kami datang hari ini. Kami menghabiskan waktu siang hari di kolam renang sambil menunggu waktu makan malam. Aku bahagia menikmati suasana dengan bikiniku selagi ayahku memperhatikanku. Gadis-gadis lain juga mengenakan bikini. Banyak para ayah yang penisnya tegang menonjol menekan celana renangnya. Aku benar-benar bahagia dengan suasana sekitar.

Ibu pergi belanja bersamaku akhir minggu lalu untuk menhadapi makan malam ini. Aku mengenakan rok pendek dan baju sutera serta kaus stocking yang tinggi. Kami juga membeli anting-anting baru. Kami memilih celana pendek sutera dan Mama membujukku untuk tidak memakai bra. Biasanya aku menggunakan bra ukuran B-cup untuk berpergian, tapi tidak untuk malam ini.

Seperti yang disarankan Mama, aku membuka kancing bajuku lebih rendah dari pada biasanya kalau pergi ke sekolah. Bagian atas bukit dadaku terbuka, tapi ini untuk ayahku. Aku melihatnya memperhatikan bukit dadaku ketika makan malam.

Tepat sebelum kami turun untuk makan malam, ayah memberiku kalung emas dengan berlian kecil yang sangat indah. Dia memasangkannya melingkari leherku dan berlian itu di tempatkan tepat dibelahan buah dadaku. Kulihat beberapa orang ayah memperhatikan berlianku dalam pertemuan beberapa saat sebelum acara makan malam. Atau apakah kalian mengira mereka juga memperhatikan bagian lainnya juga?

"Gadis, malam ini adalah merupakan peristiwa yang paling bersejarah dalam kehidupan kalian. Ayah kalian akan mencintai kalian dengan cara special yang seistimewa mungkin. Jika kalian tidak pernah melakukan seperti ini sebelumnya.."
Aku menelan ludah; itu adalah aku.
".. Kalian mungkin mengalami perasaan gelisah saat pertama kali, tapi ini adalah bagian dari perubahan menjadi seorang wanita. Ayah kalian akan bertindak sangat baik kepadamu. Percayalah dan biarkan dia menunjukkan betapa cintanya kepadamu. Dan akhirnya, ingatlah untuk memakai handuk ibumu karena itu mengambil peran sangat penting di dalam pengalamanmu."

"Sekarang waktunya sudah tiba. Kita telah mendapatkan siang yang indah dan makan malam yang menyenangkan. Sebelum kita lanjutkan, aku ingin kalian mencium ayah kalian atau putri kecil kalian. Dan pergilah ke atas dan tunjukan kepada pasangan kalian cinta khusus dimana seorang ayah dan putrinya saling memiliki.

Kami berdiri dan ayah melangkah mendekat untuk menciumku. Dia letakkan tangannya melingkari tubuhku dan tubuhku sepertinya menyatu. Kurasakan denyutan-denyutan di daerah pangkal pahaku, sepertinya ada cairan yang meleleh disana. Bibir kami saling bertemu dan kubuka bibirku untuk ayahku. Ayahku tidak pernah menciumku seperti ini. Ketika dia merengkuh tubuhku, kurasakan sesuatu yang keras di bagian depan celananya. Aku tahu apa itu.

Aku hampir pingsan karena debaran hatiku ketika ayahku menciumku, begitu lama sampai akhirnya dia melepaskan ciumannya. Bersama ayah dan putri lainnya, kami bergerak pelahan menuju lift. Ayah tetap memeluk pinggangku. Kurasakan puting susuku kenekan keras ke bajuku.

Di dalam lift, ketika yang lain sedang melototi angka-angka di atas pintu, mereka tidak memperhatikan ketika tangan ayahku mengusap-usap pinggulku dengan lembut. Aku dapat merasakan betapa tangan ayahku bergetar. Sementara tiga orang pasangan ayah dan putrinya yang berdiri dibelakangku melihat kejadian itu. Kami semua memahami apa yang terjadi.

Ayah dan aku berhenti di lantai 14. Kamar kami menghadap ke arah kota dan teluk. Aku berdiri di jendela melihat cahaya lampu kota yang indah. Ayahku berdiri dibelakangku dan meletakkan tangannya di atas pundakku. Aku menyandarkan tubuhku dan kurasakan lagi ketegangannya yang menekan pinggulku. Dia mengusap-usap pundak dan tanganku, kupikir betapa lembutnya dia.
Tangannya merayap kebawah dan memegang bukit dadaku. Ohh, Tuhan! Ini seperti aliran listrik yang mengaliri tubuhku mulai dari bukit dadaku sampai vaginaku.

Lututku bergetar lemas.

"Daddy, aku lemas sekali, aku tidak kuat berdiri lagi."
"Nggak apa-apa sayang. Kamu ingin berbaring?"

"Ya."

Dia membimbingku ke tempat tidur. Semua lampu di kamar sudah padam kecuali cahaya sinar lampu dari kota yang masuk lewat jendela, membuat kami secara samar-samar bisa saling melihat tubuh kami. Kuperhatikan senyuman lembutnya yang membuat hatiku terasa hangat. Aku berbaring tanpa kasur. Dia melepaskan sepatuku.

Ayah mulai meraih dan membuka kancing bajuku. Dia buka dan bukit dadaku pun mencuat bangun. Putting-putingku begitu keras menegang. Kulihat tangannya yang besar diletakkan di sama dan mengusapnya pelan-pelan. Jari-jari tangannya menyentuh puting-putingku, membuatku mendesah. Dengan lembut diusap-usapnya bukit dadaku sambil membaringkan tubuh dan mencium bibirku.

Bibirku kubuka dan bibir ayah yang basah dan hangat menyentuhku. Lidahnya menggodaku dan memasuki mulutku. Aku pernah melakukan ini dengan pacarku tapi ayahku melakukan jauh lebih baik dan kujulurkan lidahku untuk menyentuhnya. Tangannya masih memijat bukit dadaku. Saat ini aku benar-benar ingin melakukan apa saja untuk ayahku.

Dia mencium pipiku kemudian bergeser ke telingaku. Ketika lidahnya menelusuri telingaku, terasa desiran aneh menyelimuti sekujur badanku. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Lidahnya menyentuh bagian belakang telingaku kemudian turun menyusuri leherku. Sambil tangannya meremasi dan mengusap-usap salah satu bukit dadaku, kubisiki agar dia menyentuh yang satunya lagi, dan kini ciumannya pun bergeser kesana.

Bibirnya menangkap puting susuku yang mencuat kaku. Putting itupun tenggelam dalam hisapan mulutnya dan kurasakan lidahnya membelai putingku. Kuangkat dadaku dan kutekan kemulutnya. Ketika ayahku menghisap-hisap puting susuku, getaran-getaran kenikmatan semakin menjadi-jadi diseluruh tubuhku. Tanpa sadar kubuka pahaku, kurasakan denyutan-denyutan di daerah pangkal pahaku. Kalau aku sedang sendirian merasakan seperti ini, tanganku segera menangani bagian itu. Tapi sekarang ada ayahku, maka kuserahkan kepadanya untuk menyelesaikan dengan caranya.

Dia mengangkat wajahnya dan memandang mataku dengan lembut.

"Bergulinglah sayang."

Aku mematuhi dengan berguling kesamping. Dia melepas bajuku dari lenganku dan tangannya meraba kebelakang pinggulku untuk menemukan resliting rokku dan menurunkannya. Kurasakan pelahan-lahan rokku ditarik lepas kebawah, kuangkat pinggulku untuk memudahkannya. Kulihat mimik wajahnya yang begitu bergairah melihat bagian bawah tubuhku.

Ayahku menarik lepas rokku melewati kakiku. Tangannya memegang lututku dan membuka pahaku kemudian mengusap-usap pahaku dan merayap ke atas sampai ke pangkal pahaku. Kurasakan tangan besar ayahku mengusap-usap bagian cembung di pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam sutera. Kurasakan bagian bawahku mulai lembab.

"Mari kita lepas celana ini sekarang," kata ayahku dan kembali kuangkat pinggulku untuk membantu ayahku melepas celana dalam sutra itu. Dan ayahku segera menurunkan celana dalam itu melewati kakiku. Sekarang semua bagian bawahku sudah terbuka di depan ayahku. Dia menggusap-usap dengan lembut sambil membuka pahaku lebih lebar.

Kurasakan ciuman ayahku di atas lututku, kemudian pelahan-lahan merayap ke atas ke pahaku. Jantungku terasa berdetak kencang. Kurasakan lidahnya menjilat lipatan lipatan pahaku, kemudian bergeser sedikit ketengah.. Aku tidak tahu harus berbuat apa, seluruh tubuhku gemetar, perasaan nikmat dan geli. Kurasakan cairan hangat keluar dari celah-celah pahaku.

Ayahku segera menyapu cairan tadi dengan lidahnya, dan lidahnya menyusup diantara celah-celah bibir vaginaku, menyentuh tonjolan clitorisku.. Semuanya, bahkan lubang pantatku. Aku tak tahan lagi untuk merintih keras,

"Ooohh.. AYAH!! Aaahh.. Aadduuhh!! Pleaassee."

Lidahnya terus menyusuri dan menjelajahi semua lorong-lorong tersembunyi di bagian bawahku. Aku tidak bisa lagi memembedakan lidahnya ada dimana, semuanya geli, semuanya nikmat.. Benar-benar nikmat sekali. Aku merintih dan mendesah semakin keras dan semakin keras. Pinggulku kuangkat-angkat.. Aku benar-benar tak rela jilatan lidahnya terlepas. Ayahku menekan-nekan celah vaginaku dengan ujung lidahnya untuk mengungkit-ungkit clitorisku.

Ini adalah untuk pertama kalinya semenjan aku masih anak-anak, ayahku melihat bagian pangkal pahaku. Aku begitu bangga untuk menunjukan kepadanya bahwa sekarang aku sudah menjadi seorang wanita. Rambut kemaluanku sudah mulai tumbuh, meskipun masih kecil-kecil, jarang dan berwarna pirang, sehingga tidak bisa menyembunyikan belahan vaginaku yang tebal montok. Kubuka pahaku untuk menunjukan kepadanya bagian yang paling rahasia dari tubuhku.

Ayahku menundukkan wajahnya dan menciumi cembungan vaginaku. Digesek-geseknya rambut-rambut halus kemaluanku. Kemudian kurasakan lidahnya menyusup dan membelai bagian dalam celah vaginaku. Aku sudah tidak mampu lagi menghitung, entah yang ke berapa puluh kali cairan vaginaku meleleh keluar malam ini.

Setiap kali ujung lidah ayahku menyentuh tonjolan kecil clitorisku, jantungku berdesir keras, perasaan geli-geli nikmat yang teramat sangat segera menyebar keseluruh tubuhku. Tubuhku sampai gemetaran menahan perasaan sensasi yang begitu dasyat.

"Ooohh, yes," desahku, "Ooohh.. Nikmat sekali. Terus yah, teruuss.. Enak buanget."

Akhirnya aku tidak mampu mengendalikan lagi ketika kurasakan denyutan-denyutan tekanan kuat tiba-tiba muncul dari dalam vaginaku, seluruh otot-otot tubuhku mengejang dan bergetar, seperti gelombang air bah yang mengalir begitu cepatnya menghantam pintu bendungan. Akhirnya meledak bagaikan dinamit di dalam tubuhku. Aku menjerit kuat-kuat,

"Aaahh.. Aku.. Aku.. Aaahh.. Adduuhh!! Aaahh!!"

Pinggulku kuangkat tinggi-tinggi sambil kuremas kepala ayahku kuat-kuat dan kutekan ke vaginaku. Orgasmeku meledak begitu dasyatnya. Ini benar-benar sangat luar biasa, aku tidak pernah merasakan yang begitu dasyat selama hidupku. Orgasmeku itu benar-benar telah memeras habis seluruh tenagaku, sehingga kemudian aku terkulai lemas. Beberapa saat aku mungkin tidak sadarkan diri. Sepertinya nyawaku terbang melayang entah kemana.

Ketika pelahan-lahan aku mulai sadar, kubuka mataku, bayangan wajah ganteng ayahku tersenyum manis memandangku.

"Ohh, ayah!! Aku mencitaimu."
"Aku juga sangat mencintaimu, bidadari kecilku."

Aku masih tergolek terlentang di hadapan ayahku yang berdiri masih dengan pakaian malam yang lengkap seperti ketika ketika makan malam. Aku melihat ayahku mulai membuka bajunya, celananya meluncur kebawah, dan penisnya tegang menonjol keluar di balik celana dalamnya. Aku tertawa genit ketika ayahku mengedipkan mata ke arahku.

Sekarang ayahku berdiri telanjang, hanya tinggal mengenakan celana dalam yang menutupi monsternya. Kemudian pelahan-lahan diturunkannya celana dalam itu. Aku menatap dengan takjub ketika pelahan-lahan penisnya yang besar sekali, tegang dan mencuat bagaikan pipa besi itu muncul di depan mataku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku melihat penis seorang laki-laki dewasa.

Aku pernah melihat penis Kerry adikku beberapa tahun yang lalu ketika kami mandi bersama. Penis itu juga sedang tegang, tapi sangat jauh lebih kecil ukurannya. Dulu aku juga pernah melihat penis ayahku ketika secara tidak sengaja aku masuk kamarnya, ayah sedang ganti baju. Tapi saat itu penisnya tidak tegang seperti ini. Penis ini benar-benar besar sekali, jauh lebih besar dari yang kubayangkan sebelumnya.

Penis itu terayun-ayun ketika ayah berjalan mendekat ke ranjang dan kemudian merebahkan diri disampingku.

"Kemarilah bidadariku," katanya lembut, "Kau ingin menyentuhnya?"
"Ya, boleh?" suaraku jadi pelan sekali, aku tidak yakin ayahku bisa mendengarnya.
"Peganglah, ya seperti itu. Sekarang gerakkan naik turun pelan-pelan. Ya, seperti itu.. Ohh, nikmat sekali."

Jari-jari tanganku tidak tidak cukup untuk melingkari bulatan penis ayahku yang besar itu, tapi aku tetap berusaha memberikan yang terbaik buat ayahku.

"Ya betul sekali bidadariku. Pompa terus. Nikmat sekali kalau kau yang melakukannya, sayang."
"Aku senang sekali melakukannya buatmu Ayah. Anumu ini terasa hangat dan sepertinya jadi semakin keras."
"Kamu mau menciumnya?" bisik ayahku.
"Ya, aku senang bisa membuatmu nikmat, apu mau melakukan apa saja buatmu." kataku.

Kugeser wajahku ke bawah tepat di depan penis ayahku yang mengacung tegak. Kulihat ada beberapa tetes cairan bening muncul dari lubang penis itu. Kujilat cairan itu, terasa agak asin tapi cukup nikmat. Aromanya yang khas membuatku begitu bergairah. Kemudian kuciumi dan kuhisap penuh gairah.

"Kamu mau memasukkannya ke mulutmu? Para wanita dewasa melakukan seperti itu kepada kekasihnya," kata ayahku.
"Aku akan melakukannya juga," kataku sambil membuka mulutku lebar-lebar dan memasukkan ujung penis ayahku yang bulat setengah bola yang besar dan mengkilat itu. Cuma bagian kepalanya saya yang bisa masuk mulutku, sehingga 3/4 bagian masih kugenggam.
"Mmm, luar biasa sekali, bidadariku. Kamu pernah melakukan seperti ini sebelumnya?"

Aku menggelengkan kepala, "Tidak, aku baru pertama kali menyentuh sebuah penis. Tapi aku senang sekali melakukannya."
"Aku senang sekali kalau kau mau melakukan seperti itu."
Kembali kumasukkan kepala penis ke dalam mulutku.
"Hisaplah seperti menghisap es lolipop."

Aku melakukan seperti yang dikatakannya pedaku dan wajahku bergerak naik turun. Aku merasakan gesekan kulit lembut kemaluannya di bibirku, aku hanya mampu memasukkan separuh batang penis ayahku ke dalam mulutku. Sementara kedua tanganku menggenggam bagian pangkal batang kemaluan ayahku itu.

Sementara aku sibuk menghisap penisnya, Ayah meletakkan tangannya diatas kepalaku dan mengusap-usap dengan lembut.

"Ohh, nikmat sekali sayang. Kamu pintar sekali."

Aku sangat bangga dengan pujian ayahku, tapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena mulutku masih penuh dengan penisnya.

"Suatu hari kamu akan melakukan ini sampai aku ormasme," katanya. "Dan kemudian kamu dapat menelan semua cairan spermaku yang keluar. Tapi malam ini kita punya pekerjaan yang sangat khusus yang harus dikerjakan, jadi sebaiknya kamu berhenti sampai disini saja."

Dengan rasa malas aku keluarkan batang kemaluan ayahku dari mulutku. Kulihat batang itu menjadi basah kuyup oleh air ludahku.

"Kamu sudah siap?" tanya ayahku.
"Aku rasa aku siap," sahutku sambil menyembunyikan perasaan khawatir dan takut-takut.
"Tidurlah terlentang," kata ayahku.
Dia membimbingku merebahkan diri di kasur, kemudian aku membuka pahaku untuknya.

Ayah segera meraih handuk kecil putih diatas meja. Aku mengangkat pinggulku ketika ayah menggelar handuk kecil itu dibawah pinggulku. Ayah berlulut diantara pahaku, dan kulihat batang penisnya semakin tegak mengacung kedepan.

"Angkat lututmu, ya begitu.." katanya.

Aku menekuk lutut dan menempatkan telapak kakiku sedekat mungkin dengan pinggulku. Ayah menggeser lebih dekat sambil tangannya mengarahkan batang penisnya ke vaginaku. Aku rasakan ketika ujung penisnya menyentuh bibir vaginaku yang basah. Jantungku berdetak keras.. Perasaan ngeri dan panik menyelimuti diriku.

Dengan posisi ujung kemaluan tepat di gerbang liang vaginaku, ayah memandang tajam mataku.

"Ini mungkin akan menimbulkan sedikit rasa sakit."
"OK, Aku sudah siap," kataku dengan mentabah hati sambil merapatkan gigi. Hatiku bergemuruh menantikan saat-saat yang sudah lama kutunggu-tunggu itu. Tapi terus terang aku sangat takut sekali membayangkan yang akan terjadi.
"Aku mencintaimu, bidadariku."

Ayah menindih tubuhku dari atas, dan kurasakan penisnya menekan liang vaginaku. Tubuhku bergetar bagaikan tersengat listrik, perasaan pedih dan sakit menyengat dibagian itu ketika kurasakan kepala penis ayahku mulai menyusup keliang vaginaku yang kecil itu. Aku berusaha menahan sakit dengan menggigit gigiku kuat-kuat. Sesaat kemudia tekanan itu berhenti, akupun mengambil napas dalam-dalam. Kemudia perasaan pedih dan sakit itu timbul lagi ketika ayah menekan lagi. Kurasakan lebih sakit dari yang pertama ketika liang vaginaku mengembang dengan paksa. Benar-benar pedih dan sakit sehingga air mataku mulai meleleh membasahi pipiku, tapi aku tetap berusaha tidak merintih.

Ayah menghentikan lagi tusukan penisnya. Kali ini dia merubah posisi tubuhnya. Kemudian menekan lagi dengan kuat. Kurasakan penis ayahku mendobrak dengan kuat liang vaginaku.. Aku tidak mampulagi menahan kesakitan.. Aku menjerit kesakitan ketika terasa ada sesuatu yang robek disana.. Badanku sepertinya terbelah dua..

"Aaahh.. aadduhh.. aahh Yah...!! Sakkitt oohh!!" rintihku.

Aku tidak dapat menyembunyikan kesakitanku, aku menjeris keras-keras. Aku sudah tidak mampu lagi menahannya.

"Sebentar lagi sayang. Sedikit lagi selesai," katanya meyakinkanku.

Pelahan-lahan ayah menarik sedikit batang kemaluannya, tapi sesaat kemudian dia tekan lagi dengan sentakan cukup kuat. Kurasakan badanku terasa terbelah ketika seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam liang vaginaku yang masih perawan. Tubuhku menggigil menahan sakit, sekujur wajahku sudah basah oleh air mataku.. Sesaat kemudian tubuh ayahku tidak bergerak lagi. Tubuhku dipeluknya erat-erat.

"Semuanya sudah masuk sayang," katanya berbisik ditelingaku.
Beberapa saat kemudian rasa pedih berangsung-angsur mereda. "Sudah agak baikkan sekarang Yah..," bisikku.
"Oh.. Bagus sekali," katanya sambil mencium lembut bibirku.

Perlahan-lahan ditariknya batang penisnya keluar, kemudian didorongnya lagi pelan-pelan. Tidak terlalu sakit seperti tadi.. Akupun jadi semakin relax. Aku sangat senang merasakan tubuh ayahku menindih tubuhku, seluruh tubuh telanjang kami saling bergesekan begitu rapat. Begitu nikmat dan mesra sekali.. Apalagi saat ini batang penisnya yang besar itu tenggelam sepenuhnya ke dalam ling vaginaku, bahkan pinggulnya mulai digerakkan naik turun pelahan-lahan.. Tidak terlalu sakit lagi.. Malah menimbulkan geli-geli nikmat..

"Ohh..Daddy"

Nafas ayahku terdengat semakin cepat dan gerakannya pinggulnyapun semakin cepat, batang penisnya bergerak keluar-masuk semakin cepat pula. Rasa nikmat pergesekan antara diding vaginaku dengan batang penisnya semakin menjadi-jadi,

"Ohh.. Daddyy!! Yess.. Yess teruss," rintihku kenikmatan..

Menit demi menit kuarungi bersama dalam pacuan nafas dan goyangan tubuh yang semakin cepat. Tidak ada lagi rasa sakit ataupun pedih, yang ada hanya nikmat dan nikmat.. Batang penis ayahku bergesekan begitu ketat di dalam liang vaginaku.. Aku merasakan begitu beruntung memiliki seorang ayah seperti dia, dan menindih tubuhku untuk pertama kalinya.

"Aku akan keluarr," bisiknya dengan suara terputus-putus.

Mata kami bertatapan dengan tajam, kulihat wajah penuh kenikmatan dimata ayahku!! Aku tak tega memutuskan kenikmatan itu, aku ingin memberikan yang terbaik buatnya!!

"Lakukan Daddy, keluarkan semuanya di dalam!!," kataku.

Aku tidak perduli lagi apa akibatnya, tapi yang aku tahu pasti, ayahku begitu menginginkannya.

Ayah melakukan gerakan sodokan kuat yang terakhir, batang kemaluannya tenggelam sepenuhnya, kurasakan begitu kuat menunjam di dasar vaginaku. Kemudian dia melengkuh sambil memeluk tubuhku kuat-kuat.. Kurasakan semburan sperma berkali-kali bersama denyutan-denyutan batang penisnya..

Dan entah untuk yang keberapa kalinya, aku kembali mencapai orgasme malam ini.

Pelukan tubuh ayahku mulai mengendor, batang penisnya masih tertanam di dalam liang vaginaku, tidak kurasakan lagi semburan sperma. Dan cairan sperma mulai meleleh keluar membasahi pahaku. Pandangan ayahku menatap dengan penuh keteduhan dan senum mesra sekali,

"Selamat Dewiku yang cantik. Kau sekarang telah menjadi wanita yang sempurna," bisiknya lembut.

"Terimakasih Daddy," kataku sambil tersenyum mesra sekali.

Ayahku bangkit dan menarik batang penisnya pelan-pelan keluar. Dia menarik handuk kecil dibawah pinggulku. Noda-noda darah bercampur cairan sperma yang kental terpampang disana. Ayah kemudian mengusap perlahan-lahan sisa-sisa ceceran darah perawanku disekitar vagina dan paha sampai bersih.

Aku tidak pernah merasakan mencintai ayahku begitu besar seperti saat ini. Dia telah menjadikanku wanita yang sempurna, dan aku akan mengingat malam bersejarah ini sepanjang hidupku.

Sebelum kami tertidur, ayah kembali mengusap-usap vaginaku sampai aku sekali lagi mencapai orgasmeku. Kemudian menutup jendela, mematikan lampu dan kamipun tertidur sambil berpelukan erat masih tanpa sehelai benangpun menutup tubuh kami.


end

2 komentar:

Diar astyan mengatakan...

aku punya pengalaman kurang lebihnya seperti di cerita2 di sini .

ldya mengatakan...

sangat menarik ceritanya,...

J) ;)) ;;) :D ;) :p L( J L :X =(( :-o :-/ :-* K 8-} J] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Blog Widget by LinkWithin
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe