04.40

Rina pingin Pa...

Diposting oleh Miss Horny |

Ini berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Hardi harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Hardi tadinya tak setuju saat Rina meminta Papa Hardi, agar menginap di rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu Papanya ada ‘perasaan lain’ pada Rina istrinya. Rina merasa sangat marah pada Hardi, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Hardi meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Hardi membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.

Ketika itu terjadi, Papa mertuanya tiba pada hari sebelum Hardi terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Papanya mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan Papanya bersama Rina tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Rina harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Papa mertuanya dengan secangkir teh yang menyenangkan..

Dia bisa katakan dari perhatian Papa mertuanya yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Papa mertuanya berbinar saat dia tahu Hardi akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Rina sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Rina sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Rina, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Rina tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Rina menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

“Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti”.
“Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan.”

Rina mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Papa mertuanya pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.

Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Hardi bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu ‘intim’ saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Rina meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.

“Aku menemukan salah satu jubah mandi Hardi untuk Papa” dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Rina dapat melihat pantatnya yang atletis.

Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Rina tahu dia akan mendorong ‘keinginan’ manapun yang Papa mertuanya ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Hardi, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Rina meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Papa mertuanya sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Rina yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Papa mertuanya akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..

Besok adalah hari ulang tahun Rina, dan Hardi lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Rina kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Papa mertuanya tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

“Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali”
“Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik Sayang.. Sini biarku kupasangkan untukmu”
“Ohh Papa!”

Rina merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Papa mertuanya tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Rina yang menyenangkan.

“Oh.. Apa rantainya kepanjangan?” ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.
“Tidak Pa.. Ini menyenangkan” dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
“Oh terima kasih banyak..”

Rina menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Papa mertuanya menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua terhadap menantunya.

“Selamat ulang tahun sayang” katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
“Oh terimakasih Papa”

Rina menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya ‘bermalas-malasan’ terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Hardi meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Hardi ingin bicara pada Papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Rina tertuju pada Papanya saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..

“Aku sangat suka ini Pa..” Rina tersenyum ketika telepon dari Hardi berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
“Apa Papa pikir ini cocok untukku?”
“Mm oh ya..” dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezat Rina, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.

Rina secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk Papa mertuanya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

“Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya” dia tersenyum.

Nafas Rina yang memburu adalah nyata ketika tangan Papa mertuanya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat Papa mertuanya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.

Rina bisa melihatnya sekarang kalau ‘pertunjukannya’ yang nakal telah memberi efek pada gairah Papa mertuanya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan Papa mertuanya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.

“Papa sudah cukup merayuku.. Papa nakal!” Rina tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Rina merasa tali jubahnya mengendur, dan Papa mertuanya segera merasakan hal yang sama.

“Oh Papa.. Kita tidak boleh” dia menjauh dari Papa mertuanya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.

“Ohh Rina.. Aku tahu.. Tapi..........” dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaan Rina yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Rina bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolan di selangkangan Papa mertuanya menghentak lebih tinggi ke udara saat Papa mertuanya memandang bagian paling intimnya.

“Oh Papa sayang..” desahnya pelan saat Papa mertuanya kembali memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolan di selangkangan Papa mertuanya yang sangat besaritu. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.

“Rina .. Betapa lamanya Papa menginginkanmu..” katanya saat ia menggapai paha Rina.
“Oh Papa.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Hardi bercinta denganku aku membayangkan itu adalah Papa yang di dalamku.. Ouch...Papa.. ”
“Sungguh Rina....???” jawabnya, diteruskan dengan mencium leher Rina dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi agar tangannya dapat memegang payudara Rina. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..
“Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?”
“Oh Papa.. Ya.. Papa” erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penis Papa mertuanya.
“Rina sangat menginginkannya Pa....”
“Oh Rina.. , apakah ini yang kamu ingin?” dia mengerang, memegang jari Rina di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.
“Oh ya Papa.. Penis Papa.. Aku ingin penis Papa di dalamku”
“Oh Rina...kamu sangat cantik.. Apa kamu menginginkannya di sini?” Rina hanya melenguh, ketika Papa mertuanya menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah vaginanya, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. "Ouch...Pa..." Rina hampir merintih ketika dia menatap mata Papa mertuanya.

“Mm penis Papa di dalam vaginaku”
“Ahh menantuku tercinta” Rina menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanan Papa mertuanya yang telah tegang, membuat Papa mertuanya merasa kelonjotan dengan kenikmatan itu.
“Papa ingin jadi nakal kan Pa.. Papa ingin orgasme di dalamku” Rina menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakar Papa mertuanya yang membengkak.

Sekarang adalah giliran Papa mertuanya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.

“Papa ingin menyemburkan sperma Papa di dalam istri putra Papa??.. Papa ingin melakukan itu di dalam vagina menantu Papa..??” Tanya Rina menggoda Papa mertuanya.

Papa mertuanya hampir menembakkannya bahkan waktu Rina menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Rina, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.

“Dan kamu ingin benih Papa di dalam rahimmu kan.. Dalam kandunganmu.... kamu ingin seorang bayi kecil di dalam kandungan dari Papa kan..??” dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya.. Rina telah memimpikan Papa mertuanya memberinya seorang anak, Rina gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan Papa mertuanya diselipkan di dalam saluran basahnya.

“Pa.. Ouch ya.. Ya.. Papa.. Aku sangat menginginkannya..” Erang Rina.

Hardi belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu.. Rina tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis.

Rina membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berotot Papa mertuanya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan dan nafsu, pada pikiran bahwa dia menginginkan Papa mertuanya.. Bahwa seluruh gairah Rina akan terpenuhi dengan segera.

“Oh Rina menantuku” lenguh Papa mertuanya saat bibir Rina menggodanya.
“Papa akan pergi sebentar” Papa mertuanya tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.
“Jangan pergi Pa...” Rina melangkah ke lantai atas menyusul Papa mertuanya itu, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya.

Rina tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Rina mengenal bagaimana kebiasaannya. Jantung Rina dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia.. Pada Papa mertuanya.. Telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada Papa mertuanya.

Ketika Papa mertuanya itu mendengar langkah kaki Rina pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan melihat Rina yang telanjang ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Lalu Rina berlutut di depan Papa mertuanya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Mata Papa mertuanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Rina berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah menantunya itu. Papa mertuanya mengelus payudara Rina dan menggoda puting susunya yang menonjol itu.

“Rina sudah siap Pa.. Malam ini Rina seutuhnya milik Papa,...Papa boleh melakukan apapun terhadap Rina” kata Rina dengan suara menggoda dan tatapan yang sayu.

“Rina sayang, kamu cantik sekali..” Papa mertuanya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.
“Oh Papa.. Kumohon. Aku sangat menginginkannya.. Rina pingin benih Papa di dalam rahim Rina”
“Sepanjang malam Rina..” Papa mertuanya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Rina.
“Kita berbagi tiap momen”

Rina rebahan pada punggungnya, melebarkan pahanya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.

“Ohh mm Papa sayang..” Rina melenguh saat jari Papa mertuanya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.
“Mm Papa sangat menyukai ini..” Papa mertuanya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.
“Ohh Papa.. Rasakan bagaimana basah menantumu ini untuk Papa” Erang Rina.
“Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. Penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah..” kata-kata Papa mertuanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak di antara pahanya, Penis Papa mertuanya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.
“Setubuhi Rina Pa.. Masukkan penis Papa ke dalamku”
“Sayang.. Rina yang nakal.. Buka vaginamu untuk penis Papa” tangan mereka memandu, kejantanan Papa mertuanya perlahan membelah masuk kewanitaannya.
“Papa.. Ouch..besar sekali.. penuh Pa...?” Rina terus melenguh nikmat.
“Ya putriku manis.. Sperma Papa yang penuh untuk kandunganmu.. Apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?”
“Ahh ya Papa.. Aku akan membuat Papa menembakkannya semua ke dalam tubuhku.. Ahh ahh ahh”

Rina mulai menggerakkan pinggangnya.. Takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.

“Papa akan menembakkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur.. Sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Rina sayang” tangan Papa mertuanya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap Papa mertuanya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya.. Memberinya hadiah yang sangat berharga.

Penis besar Papa mertuanya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat.. Membayangkan waktunya akan segera datang.. Memancar dari Papa mertuanya.. Berenang di dalam dirinya.. Membuatnya mengandung anak Papa mertuanya. Rina menggelinjang saat Papa mertuanya dengan rakusnya melumat puting susunya dan meremas gemas, tangan besar Papa mertuanya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.

“Ohh Papa.. Penis besar Papa membuatku orgasme.. Oohh” dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Papa mertuanya menghentak lebih cepat, meremas pantat Rina untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya.. Momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata Papa mertuanya.

“Rina sayang.. Papa juga keluar..”
“Mm shh..Ouch.....OOOuuuuucccchhhhh” Rina memperlambat gerakan Papa mertuanya, menenangkannya ketika waktunya datang..
“Aku ingin menahan Papa saat Papa keluar.. Saat Papa memompa benih Papa ke dalam rahimku”
“Oh sayang.. Ya gadis manisku.. Tahan Papa saat Papa keluarkan sperma Papa ke dalam kandunganmu”

Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penis Papa mertuanya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Rina membanjiri Papa mertuanya kala Papa mertuanya menyembur dengan deras ke dalamnya. Sebuah sensasi yang luar biasa dirasakan Rina. Punggung Rina melengkung, Vaginanya mencengkeram penis Papa mertuanya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya..

“Ohh Ohh aahh.. Papa melakukannya.. Isi aku Pa.. Ouch....Aaaaahhhhh.....Pa” jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.
“Oh Rina.. Papa sangat puas..kamu sangat hebat sayang....” Papa mertuanya tidak hentinya memuji permainan Rina, masih dengan nafas yang terengah2. Rina lalu memiringkan tubuhnya dan memeluk Papa mertuanya itu. "Oh Papa...Rina juga seneng sekali Pa, Papa juga hebat...Rina bisa nikmat sekali..." dia berkata demikian lalu mencium pipi Papa mertuanya itu. Papa mertuanya hanya tersenyum dan kembali melumat bibir RIna dengan lembut. Untuk beberapa saat keduanya beradu bibir dengan hangatnya, dan tubuh telanjang mereka masih berpelukan. Mereka sudah lupa status mereka yang adalah mertua dan menantu. Malam itu, mereka seperti sepasang suami istri yang sedang bulan madu. "Pa...Rina pingin ngandung anak Papa" sambil berkata demikian, Rina menyandarkan kepalanya di dada Papanya. "Iya sayang...Papa juga pingin sperma Papa bisa membuahi kandunganmu" kata Papa mertuanya sambil membelai rambut Rina. Dan merekapun tertidur sambil tetap berpelukan telanjang.

Dan untuk beberapa hari ke depan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen persetubuhan Rina dan Papa mertuanya itu..


end

1 komentar:

Unknown mengatakan...

David, alamat Jakarta
Chinese - indo, kulit putih, bersih, terawat
Umur 23thn, bisa liat ktp asli
Service Jilmek, full atas bawah smpai puas, rahasia aman privacy
Untuk Tante, Ibu yg minat booking bs call di : 0812 8722 8068 (Serius & Call only)

J) ;)) ;;) :D ;) :p L( J L :X =(( :-o :-/ :-* K 8-} J] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Blog Widget by LinkWithin
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
Subscribe