My Wild Sex Fantasy

Sudah satu bulan aku pulang pergi ke rumah sakit karena istriku sedang sakit lever yang cukup akut. Aku tinggal di rumah bersama satu pembantu dan Ita anak tiriku yang baru saja menginjak kelas satu SMA.

Sore itu aku baru pulang kantor dan hendak ke rumah sakit pukul 18.00 WIB, aku sedang duduk di teras depan sambil membaca koran harian sore.

"Sore yah… ini Ita buatkan teh buat Ayah.." sambil Ita memberikan secangkir teh kepadaku.

"Makasih Ta...! " jawabku padanya.

"Bibi kemana Ta..?" tanyaku padanya, karena dari tadi pembantuku tidak kelihatan.

"Tadi katanya mau nengok saudaranya di Pulo Gadung..!" jawabnya.

Sore itu Ita kelihatan nampak sexy sekali, mengenakan bawahan pendek putih dan kaos tipis, sehingga tampak lekuk tubuhnya membuat libidoku menjadi bangun apalagi aku sudah lama tidak mendapatkan kenikmatan dari istriku.

"Ayah kelihatannya tampak lelah sekali ya yah... ?"

"Iya Ta" jawabku.

"Ita pijitin ya yah..."

Lalu Ita tanpa dikomando sudah memijit kepalaku.

"Oh pijitan kamu enak sekali Ta... !"

"Iya dong yah... ! " jawabnya.

Aku dipijit Ita dari belakang dan jemari tangannya membuat aku semakin ingin menerkamnya. Dan tiba-tiba posisi Ita berganti memijatku dari depan sehingga dua gundukan payudara Ita tampak jelas terlihat. Sesekali tubuh Ita menempel ke tubuhku dan penisku pun semakin keras mengacung ke depan.

Aku mencoba untuk tenang dan memejamkan mata, tapi ketika tangan Ita mulai memijat punggungku dan tubuhnya sangat rapat sekali dengan tubuhku, sehingga dengan sengaja aku majukan pinggulku.

"Ah... punya Ayah nyenggol lutut Ita nih......!!!" candanya padaku.

"Kalau nyenggol memangnya kenapa Ta...?"

"Ah Ayah... Ita hentiin nih mijitnya..?!"

"Jangan dong sayang... Ita enggak kasihan sama Ayah… ?"

Lalu aku tarik pinggul Ita dan langsung Ita tertarik tubuhnya di pangkuanku. Ita mencoba untuk bangkit tapi aku malah mendekapnya.

"yah... ah... yah... jangan... dong…!!"

Tapi apa boleh buat posisi Ita sudah dalam pangkuanku, dengan kondisi berhadapan dan kedua kakinya tepat berada dalam sanggahan pahaku. Sementara bawahan pendeknya sudah agak sedikit tersingkap dan penisku sudah menempel tepat di vaginanya yang masih terbungkus celana dalam. Lalu aku tekan pinggul Ita dan pinggulku aku gesek-gesekkan ke arah pinggulnya dan terasa gundukan daging vagina Ita terkena benggolan penisku yang besar.

"yah ah... yah... ja... jangan... yah...geliii!!" Ita mencoba meronta tapi sesekali dia tampak sedikit menikmati karena di balik rontaannya terkadang ada satu gerakan pinggulnya yang mencoba mengimbangi irama gerakanku.

Ita mulai mengurangi gerakannya dan akupun semakin menggila. Aku keluarkan seluruh penisku dari balik celanaku, sehingga makin menyembul keluar, lalu aku kulum mulut Ita dengan mesra. Awalnya dia agak kaku tapi lama-kelamaan mengikuti juga irama ciumanku.

Sleep... ah... sleeep ah... Ita mendengus ketika lehernya mulai kena oleh serangan bibirku.

"Ah... yah .. enak... yah… Ita belum merasakan seperti ini" rintihnya.

Lalu tangan kiriku mulai menelusup ke dalam bawahannya dan aku langsung merangsek ke bagian depan celana dalamnya. Terasa mulut vagina Ita sudah basah. Jari-jariku menyisir bagian pinggir celana dalamnya dan aku singkapkan sedikit, sehingga aku merasakan lubang vagina Ita sudah bebas tidak tertutup lagi oleh celana dalamnya. Lalu aku arahkan penisku mencari lubang kemaluan Ita. Dan ketika aku tekan aku merasakan ujung penisku sudah tepat di lubang vaginanya dan ketika aku tekan.

"Ah... yah... ngilu... yah... ahhh... geliii !!!" Mata Ita tampak terbelalak.

"Bentar sayang Ayah masukin ya..." dan napasku makin mendengus.

"Tapi... yah... ah... ah... ge... gelii… yah....!!!"

Ketika seluruh penisku masuk merangsek vaginanya yang masih sempit itu, penisku merangsek masuk dan rasanya begitu sempitnya vagina Ita.

"Ayah... aduh... Ayah... aduh… yah... ah... ah....!!!"

Ita mulai menjambak rambutku, ketika penisku menghujami vaginanya berkali-kali.

Sleep... slepp… sleep... plok... plokkk... antara pahaku dengan paha Ita saling berbenturan.

"Ahhh... aaah... aaaah... Ayah sudah yah..... Ita ngilu..!!!!"

"Bentar sayang... uh.... uhhh… Ayah lagi enak.....!!!"

Aku terus merojok-rojokkan penisku pada vagina Ita, sehingga Ita terkadang meringis menahan sakit tusukan penisku. Tubuh Ita sudah mulai agak sedikit lunglai dan tersandar pada tubuhku, sedangkan pinggulku masih dengan perkasa menggoyang naik-turun sehingga seluruh penisku keluar masuk ke vagina Ita yang masih perawan itu.

"Ayah... Ayah.... enaaak... yah... ah.... ah... yah… kenapa jadi begini... yah..."

Tubuh Ita nampak sudah basah kuyup oleh keringatnya yang keluar deras dari pori-pori kulitnya.

"Oooh sayang... oh... punya kamu enak sekali... ooohh....!!!!"

Lalu aku hentak keras ke atas ketika ujung penisku sudah terasa akan mengeluarkan spermaku. Crooot.... crooot... croot.... ah… ah... aku dekap Ita dengan pelukanku begitu erat. Pinggulku aku tekan kuat-kuat ke arah vaginanya. Seluruh spermaku masuk ke dalam vaginanya dan Itapun menjerit histeris.

"Ah... yaaaaahhhh.... ah....."

Aku biarkan penisku menancap di vagina Ita. Aku merasakan denyutan rongga-rongga vagina Ita. Kami terdiam sejenak, sementara Ita masih dalam dekapanku dengan rambut yang masih acak-acakan.

"Hmmm… yah... hmmm" Enak..." Ita mulai sedikit merajuk.

"Gimana sayang... enak enggak punya Ayah ?" sambil kukecup lembut bibirnya lalu kupandang mata indahnya.

"Ah... Ayah… " dia tidak menjawab dan sambil tersipu kepalanya disandarkan di dadaku.

Lalu Ita merebahkan tubuhnya ke tubuhku dengan manjanya sambil jari-jari manisnya memainkan ujung rambut panjangnya.

"yah... Ayah puas engga?" tanyanya padaku.

"Ayah puas sayang... punya Ita enak sekali... mandi bareng yuuk sayang... nanti kita jenguk ibu di rumah sakit"

Ita mengangguk kecil dan kami akhirnya untuk pertama kali mandi bersama. Setelah mandi aku dan Ita pergi menuju rumah sakit.